SEJARAH PERSEBAYA
Sejarah
Persebaya didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927. Pada
awal berdirinya, Persebaya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal
Bond (SIVB). Pada saat itu di Surabaya juga ada klub bernama
Sorabaiasche Voebal Bond (SVB), bonden (klub) ini berdiri pada tahun
1910 dan pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya.
Pada tanggal 19 April 1930, SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB
Bandung (sekarang Persib Bandung), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB
(PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani
kelahiran Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam pertemuan
yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. SIVB dalam pertemuan
tersebut diwakili oleh M. Pamoedji. Setahun kemudian kompetisi tahunan
antar kota/perserikatan diselenggarakan. SIVB berhasil masuk final
kompetisi perserikatan pada tahun 1938 meski kalah dari VIJ Jakarta.
Ketika Belanda kalah dari Jepang pada 1942, prestasi SIVB yang hampir
semua pemainnya adalah pemain pribumi dan sebagian kecil keturunan
Tionghoa melejit dan kembali mencapai final sebelum dikalahkan oleh
Persis Solo. Akhirnya pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi
Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Pada era ini
Persibaja diketuai oleh Dr. Soewandi. Kala itu, Persibaja berhasil
meraih gelar juara pada tahun 1950, 1951 dan 1952.
Tahun 1960, nama Persibaja diubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepak
Bola Surabaya). Pada era perserikatan ini, prestasi Persebaya juga
istimewa. Persebaya adalah salah satu raksasa perserikatan selain PSMS
Medan, PSM Makassar, Persib Bandung maupun Persija Jakarta. Dua kali
Persebaya menjadi kampiun pada tahun 1978 dan 1988, dan tujuh kali
menduduki peringkat kedua pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987,
dan 1990.
Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan
dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994.
Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia pada tahun 1997. Bahkan
Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang dua kali
menjadi juara Liga Indonesia ketika pada tahun 2005 Green Force kembali
merebut gelar juara. Kendati berpredikat sebagai tim klasik sarat gelar
juara, Green Force juga sempat merasakan pahitnya terdegradasi pada
tahun 2002 lalu. Pil pahit yang langsung ditebus dengan gelar gelar
juara Divisi I dan Divisi Utama pada dua musim selanjutnya.
Pemain-pemain terkenal
Persebaya juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang
pemain ke tim nasional Indonesia baik yunior maupun senior. Sederet nama
seperti Abdul Kadir, Rusdy Bahalwan, Rudy Keltjes, Didiek Nurhadi,
Soebodro, Riono Asnan, Yusuf Ekodono, Syamsul Arifin, Subangkit,
Mustaqim, Eri Irianto, Bejo Sugiantoro, Anang Ma'ruf, Hendro Kartiko,
Uston Nawawi, Chairil Anwar, dan Mursyid Effendi merupakan sebagian
pemain timnas hasil binaan Persebaya dan ada satu lagi pemain Persebaya
yang sekarang Mamang terkenal walaupun kecil tapi larinya sangat kencang
siapa siapa yang tidak tahu dengan nama Andik Vermansyah.
Salah satu yang cukup dikenang adalah Eri Irianto, pemain timnas era
1990-an yang meninggal dunia pada tanggal 3 April 2000 setelah tiba tiba
menderita sakit saat Persebaya menghadapi PSIM Yogyakarta dalam
pertandingan Divisi Utama Liga Indonesia 1999/2000. Eri Irianto
meninggal di rumah sakit pada malam harinya. Nama Eri kemudian dipakai
sebagai nama Wisma/Mess Persebaya yang diresmikan pada tanggal 25 April
1993.
Persebaya pernah mendapat pemain yang sangat berkualitas di ajang Liga
Djarum 2005, pemain itu bernama Zeng Cheng ia berposisi sebagai Kiper.
Zeng Cheng berasal dari China dan bagusnya ia membela Timnas U-20 China
sebagai Kiper Cadangan. Dan sekarang, Zeng Cheng masuk daftar Kiper
ketiga di Timnas Senior China.
Kejadian kontroversial
Selain itu, dalam perjalanannya, Persebaya beberapa kali mengalami
kejadian kontroversial. Saat menjuarai Kompetisi Perserikatan pada tahun
1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan
istilah "sepak bola gajah" karena mengalah kepada Persipura Jayapura
0-12, untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang yang pada tahun
sebelumnya memupuskan impian Persebaya di final kompetisi perserikatan.
Taktik ini setidaknya membawa hasil dan Persebaya berhasil menjadi juara
perserikatan tahun 1988 dengan menyingkirkan PSMS 3 - 1
Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat
menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut
menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I. Tiga
tahun kemudian atau tahun 2005, Persebaya menggemparkan publik sepak
bola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga
memupuskan harapan PSIS dan PSM untuk lolos ke final. Atas kejadian
tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga
Indonesia. Namun, skorsing diubah direvisi menjadi hukuman degradasi ke
Divisi I Liga Indonesia.
Prestasi
Perserikatan
1938 – Runner-up, kalah dari VIJ Jakarta
1942 – Runner-up, kalah dari Persis Solo
1950 – Juara, menang atas Persib Bandung
1951 – Juara, menang atas Persija Jakarta
1952 – Juara, menang atas Persija Jakarta
1965 – Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM
Makassar)
1967 – Runner-up, kalah dari PSMS Medan
1971 – Runner-up, kalah dari PSMS Medan
1973 – Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
1977 – Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
1978 – Juara, menang atas PSMS Medan
1981 – Runner-up, kalah dari Persiraja Banda Aceh
1987 – Runner-up, kalah dari PSIS Semarang
1988 – Juara, menang atas Persija Jakarta
1990 – Runner-up, kalah dari Persib Bandung
Liga Indonesia
1994/1995 – Posisi ke-9, Wilayah Timur
1995/1996 – Posisi ke-7, Wilayah Timur
1996/1997 – Juara
1997/1998 – dihentikan
1998/1999 – Runner-up
1999/2000 – Posisi ke-6, Wilayah Timur
2001 – ?
2002 – Degradasi ke Divisi Satu
2003 - Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
2004 – Juara
2005 – Mundur dalam babak 8 besar (awalnya diskorsing dua tahun,
namun dikurangi menjadi 16 bulan, dan kemudian dikurangi lagi menjadi
degradasi ke Divisi Satu)
2006 – Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
2007 – Posisi ke-14, Wilayah Timur (Tidak lolos ke Super Liga)
2008 – Peringkat ke-4. Mengalahkan PSMS Medan dalam Babak Playoff
lewat drama adu penalti. Kemudian, secara otomatis Persebaya lolos ke
ISL.
Liga Super Indonesia
2009 – degradasi ke Divisi Utama
Liga Champions Asia
1998 – Babak pertama (masih bernama Piala Champions Asia)
2005 – Babak pertama
Piala Permai
2011 -Menang dengan agregat 4-3 atas Kelantan FA
sejarah panjang suporter pemberani (BONEK)
Pertama, Bonek adalah pelopor gerakan tret-tet-tet ke Senayan
Jakarta era Green Force Persebaya Divisi Utama PSSI Perserikatan
1986/1987 silam. Waktu itu, belum ada satu kubu suporter pun yang
tret...-tet-tet secara terorganisasi mengiringi tim kesayangannya
melakoni babak Enam Besar Divisi Utama Perserikatan. Waktu itu, hanya
Bonek yang go to Senayan dengan mengenakan busana kebesaran berupa kaos
warna hijau dengan gambar atau logo Wong Mangap (orang berteriak penuh
semangat dan keberanian).
Memang, waktu itu belum ada julukan Bonek. Mereka dikenal dengan nama para suporter Green Force Persebaya. Pelopor dari gerakan tret-tet-tet ini adalah Jawa Pos, lebih tepatnya adalah Pak Dahlan Iskan yang sekarang menjadi Big Boss Jawa Pos & Group.
Waktu itu, Jawa Pos membuat ribuan kaos berlogo Wong Mangap, dan dijual dengan harga murah. Seingat kami pada 1987 itu seharga Rp 1.000 per potong kaos. (Harga rokok Gudang Garam kretek isi 10 masih Rp 300 per pak). Pendek kata, Senayan dihijaukan oleh arek-arek Suroboyo. Mereka membentang spanduk raksasa yang digantungkan di atas tribun timur dan barat. Luar biasa! Sayang, di final Persebaya kalah 0-1 oleh PSIS Semarang. Namun, semuanya berjalan tertib, tidak ada kerusuhan apa pun. Usai final, beberapa suporter Green Force menyalami Syamsul Arifin dan kawan-kawan. Ada yang bilang: ’’Ojo sedih Cak. Tahun ngarep insya Allah Persebaya juara!’’ Tembusnya Persebaya ke babak final pada 1986/1987 sudah merupakan gebrakan yang luar biasa. Sebab, pada musim kompetisi 1985/1986 Persebaya terpuruk di peringkat ke-9 dari seluruh (10) klub Divisi Utama. Raihan terburuk sepanjang sejarah Persebaya kala itu. Itulah sebabnya Pak Dahlan Iskan, waktu itu masih Pemimpin Redaksi Jawa Pos, mengundang parar tokoh sepak bola Surabaya untuk merumuskan solusi kebangkitan kembali Persebaya. Bang Moh – sapaan akrab Mohammad Barmen, Pak Tiyanto Saputra dan tokoh-tokoh lainnya sarasehan di ruang redaksi Jawa Pos, di lantai 2 Kantor Jawa Pos di Jalan Kembang Jepun. Setelah itu Pak Dahlan pergi ke Inggris untuk mengamati Premier League Inggris, termasuk perilaku para suporternya. Sepulang dari Inggris itulah ide tret-tet-tet dengan kaos kebesaran dan slayer suporter Green Force Persebaya muncul! Logo Wong Mangap kali pertama diciptakan oleh Mister Muhtar, desainer grafis Jawa Pos. Loga pertama bercorak ekspresionis. Kemudian diubah pada musim kompetisi 1988/1989 dengan Wong Mangap bercorak naturalis seperti yang kita lihat sampai sekarang. Dan, sejak itu pula julukan Bonek dilansir oleh redaktur olahraga Jawa Pos, termasuk oleh saya sendiri sebagai redaktur olahraganya. Istilah Bonek, seperti yang kami singgung dalam tulisan sebelumnya, dimaksudkan untuk mewarisi karakter pejuang nan pemberani dan pantang menyerah dari kakek moyang arek-arek Suroboyo pada tahun 1945. Peristiwa heroik dan bersejarah yang melahirkan Hari Pahlawan 10 Nopember! Semangat berani karena benar, pantang menyerah, tali duk tali layangan, awak situk ilang-ilangan itulah yang harus menitis dalam jiwa dan perilaku Bonek sepanjang zaman! Bahwa kemudian dalam perjalanannya terjadi berbagai kerusuhan yang disebabkan oleh ulah Bonek, sungguh hal ini sangat memprihatinkan bagi seluruh warga Surabaya. Karena itu, sekarang bukalah lembaran sejarah baru: Bonek yang pro fair play, yang cinta damai, anti anarkisme, dan pembela sejati Green Force Persebaya! Itu tadi secuil flash back perjalanan sejarah Bonek. Kedua, kami melihat adanya ketidakadilan dari perlakuan media massa terhadap Bonek. Prinsip-prinsip cover both side dan balancing sepertinya telah diingkari oleh media massa. Barangkali, kami bisa dikatakan melakukan pleidoi (pembelaan) terhadap arek-arek Bonek. Maka, kami pun akan menjawab: ’’Ya!’’ Ketika arek-arek Bonek melakukan kerusuhan, beritanya diposisikan sebagai head line (HL) dengan foto besar-besar. Padahal, sebenarnya kita belum tahu persis siapa yang memicu kerusuhan. Misalnya saling lempar antara Bonek dengan warga Jawa Tengah. Siapa yang bisa membuktikan bahwa pelempar awalnya Bonek, atau sebaliknya pelempar awalnya warga Jateng. Betapa pun, kita semuanya yang mencintai Persebaya tetap prihatin terhadap kejadian yang sangat tidak diinginkan itu. Di dalam hati kita berdoa: ’’Semoga Allah SWT membimbing arek-arek Bonek menjadi suporter sejati yang layak jadi panutan suporter Nusantara. Jauhkanlah mereka dari tindakan-tindakan emosional yang merugikan nama besar Bonek dan Persebaya. Kembalilah pada semangat Bonek seperti musim kompetisi divisi utama perserikatan 1986/1987. Kobarkanlah kembali heroisme para pejuang kemerdekaan 1945 di Surabaya yang luhur dan mulia itu. Amin.’’ Kerusuhan sebenarnya sudah ada pada 1987/1988 yang dilakukan arek-arek Bonek yang di luar koordinasi Jawa Pos. Kejadian saling lempar dalam perjalanan kereta api yang mengangkut Bonek dari Jakarta pulang ke Surabaya. Waktu itu Jawa Pos pun membayar kerugian yang dialami PJKA sekarang PT KAI sebesar Rp 50 juta. Nah, ketika belakangan arek-arek Bonek melakukan gerakan pencerahan, menjalin hubungan damai kembali dengan Pasoepati – julukan suporter Persis Solo, gerakan ini tak diberitakan sama sekali. Ketika Arema juara ISL 2009/2010, dan Aremania melakukan pesta juara di Malang, ada sejumlah oknum Aremania yang merusak mobil-mobil berplat L. Tapi, tak lama kemudian, sejumlah Aremania lainnya menghajar sendiri oknum-oknum Aremania yang berbuat rusuh itu. Keesokan harinya, arek-arek Bonek mencegat mobil-mobil berplat N. Mereka sama sekali tidak melakukan kerusakan, malahan sebaliknya memberikan bunga kepada sang sopir. Firman, yang di akun facebook bernama Bonek Pinggiran Kota menceritakan, waktu itu sopir dan penumpang mobil berplat N sempat ketakutan. Namun, setelah mereka disapa ramah dengan pemberian bunga tanda cinta damai, mereka pun tersenyum. Peristiwa ini pun sama sekali tidak diberitakan oleh media massa. Ketiga, secara tidak sengaja kami berkomunikasi dengan sejumlah Bonek. Ada yang dari Jakarta antara lain Andhi Bonek Jakarta, Sawoenggaling Soerabaja, ada yang dari Jogja antara lain Fajar Junaedy, 28 tahun, dosen broadcasting Universitas Muhammadiyah Jogjakarta yang juga Bonek. Ada Dyota, Bonek Pinggiran Kota, Yudha Bonek, Dedy Ambon dari Surabaya. Ketika berkontak ria soal sepak bola, kami pun terkejut. Ternyata kalimat-kalimat dan pemikiran mereka cerdas. Mereka mencintai sepakbola dan menyayangi klub Persebaya dengan wawasan yang luas. Di situ kami baru tahu, mengapa mayoritas Bonek lebih pro Persebaya 1927. ’’Kami sebenarnya membela kedua-duanya, baik Persebaya 1927 maupun Persebaya Divisi Utama. Tapi setelah Persebaya Divisi Utama bermain di kandang dengan bantuan penalti-penalti palsu, didukung dengan tindakan wasit yang tidak fair, kami pun kecewa berat. Karena itu sekarang hampir semua Bonek pro Persebaya 1927,’’ kata Yudha Bonek. Pecahnya Persebaya menyadi Persebaya 1927 dan Persebaya Divisi Utama itu sendiri adalah korban dari pertarungan elite sepak bola nasional. Hanya Persebaya yang terbelah dua! Karena itu, arek-arek Bonek mendambakan kembalinya SATU PERSEBAYA! Kini, tumbuh lapisan baru arek-arek muda Bonek yang gencar melakukan gerakan pencerahan. Mereka berjuang keras menegakkan kedamaian. Bahkan arek-arek Bonek Jakarta dan Jogja kini sedang membikin Buku Sejarah Bonek. Fajar Junaedy dari Jogja juga membuat VCD Sejarah Bonek. Dia telah mewawancarai pencipta logo Wong Mangap, yaitu Mister Muhtar dan Budiono, termasuk kami sendiri dan beberapa saksi sejarah tret-tet-tet 1986/1987. Mereka adalah anak-anak muda intelek, kreatif, mempelajari berbagai pengetahuan tentang sepak bola dengan rajin membuka situs. Mereka berdebat dengan rasional dan dengan hati yang dingin. Semoga gerakan pencerahan arek-arek Bonek ini menemukan puncak yang gemilang. Hal ini ditandai dengan semakin ramah dan sportifnya arek-arek Bonek di mana pun berada. Perlu diingat, soal kerusuhan suporter bukan hanya Bonek yang melakukan. Berbagai fakta menjadi bukti. Kubu-kubu suporter lain pun melakukan kerusuhan. Mungkin lebih tepat disebut oknum-oknum, bukan kubu suporter secara keseluruhan. Bahkan suporter di negara yang maju dan menjadi nenek moyangnya sepak bola pun, kerusuhan suporter masih saja ada. Semoga pejuangan lapisan muda intelektual Bonek itu menuai hasil gemilang. Amin
SATU BONEK SATU
SATU TUJUAN DUKUNG PERSEBAYA
SALAM SATU NYALI WANI
Memang, waktu itu belum ada julukan Bonek. Mereka dikenal dengan nama para suporter Green Force Persebaya. Pelopor dari gerakan tret-tet-tet ini adalah Jawa Pos, lebih tepatnya adalah Pak Dahlan Iskan yang sekarang menjadi Big Boss Jawa Pos & Group.
Waktu itu, Jawa Pos membuat ribuan kaos berlogo Wong Mangap, dan dijual dengan harga murah. Seingat kami pada 1987 itu seharga Rp 1.000 per potong kaos. (Harga rokok Gudang Garam kretek isi 10 masih Rp 300 per pak). Pendek kata, Senayan dihijaukan oleh arek-arek Suroboyo. Mereka membentang spanduk raksasa yang digantungkan di atas tribun timur dan barat. Luar biasa! Sayang, di final Persebaya kalah 0-1 oleh PSIS Semarang. Namun, semuanya berjalan tertib, tidak ada kerusuhan apa pun. Usai final, beberapa suporter Green Force menyalami Syamsul Arifin dan kawan-kawan. Ada yang bilang: ’’Ojo sedih Cak. Tahun ngarep insya Allah Persebaya juara!’’ Tembusnya Persebaya ke babak final pada 1986/1987 sudah merupakan gebrakan yang luar biasa. Sebab, pada musim kompetisi 1985/1986 Persebaya terpuruk di peringkat ke-9 dari seluruh (10) klub Divisi Utama. Raihan terburuk sepanjang sejarah Persebaya kala itu. Itulah sebabnya Pak Dahlan Iskan, waktu itu masih Pemimpin Redaksi Jawa Pos, mengundang parar tokoh sepak bola Surabaya untuk merumuskan solusi kebangkitan kembali Persebaya. Bang Moh – sapaan akrab Mohammad Barmen, Pak Tiyanto Saputra dan tokoh-tokoh lainnya sarasehan di ruang redaksi Jawa Pos, di lantai 2 Kantor Jawa Pos di Jalan Kembang Jepun. Setelah itu Pak Dahlan pergi ke Inggris untuk mengamati Premier League Inggris, termasuk perilaku para suporternya. Sepulang dari Inggris itulah ide tret-tet-tet dengan kaos kebesaran dan slayer suporter Green Force Persebaya muncul! Logo Wong Mangap kali pertama diciptakan oleh Mister Muhtar, desainer grafis Jawa Pos. Loga pertama bercorak ekspresionis. Kemudian diubah pada musim kompetisi 1988/1989 dengan Wong Mangap bercorak naturalis seperti yang kita lihat sampai sekarang. Dan, sejak itu pula julukan Bonek dilansir oleh redaktur olahraga Jawa Pos, termasuk oleh saya sendiri sebagai redaktur olahraganya. Istilah Bonek, seperti yang kami singgung dalam tulisan sebelumnya, dimaksudkan untuk mewarisi karakter pejuang nan pemberani dan pantang menyerah dari kakek moyang arek-arek Suroboyo pada tahun 1945. Peristiwa heroik dan bersejarah yang melahirkan Hari Pahlawan 10 Nopember! Semangat berani karena benar, pantang menyerah, tali duk tali layangan, awak situk ilang-ilangan itulah yang harus menitis dalam jiwa dan perilaku Bonek sepanjang zaman! Bahwa kemudian dalam perjalanannya terjadi berbagai kerusuhan yang disebabkan oleh ulah Bonek, sungguh hal ini sangat memprihatinkan bagi seluruh warga Surabaya. Karena itu, sekarang bukalah lembaran sejarah baru: Bonek yang pro fair play, yang cinta damai, anti anarkisme, dan pembela sejati Green Force Persebaya! Itu tadi secuil flash back perjalanan sejarah Bonek. Kedua, kami melihat adanya ketidakadilan dari perlakuan media massa terhadap Bonek. Prinsip-prinsip cover both side dan balancing sepertinya telah diingkari oleh media massa. Barangkali, kami bisa dikatakan melakukan pleidoi (pembelaan) terhadap arek-arek Bonek. Maka, kami pun akan menjawab: ’’Ya!’’ Ketika arek-arek Bonek melakukan kerusuhan, beritanya diposisikan sebagai head line (HL) dengan foto besar-besar. Padahal, sebenarnya kita belum tahu persis siapa yang memicu kerusuhan. Misalnya saling lempar antara Bonek dengan warga Jawa Tengah. Siapa yang bisa membuktikan bahwa pelempar awalnya Bonek, atau sebaliknya pelempar awalnya warga Jateng. Betapa pun, kita semuanya yang mencintai Persebaya tetap prihatin terhadap kejadian yang sangat tidak diinginkan itu. Di dalam hati kita berdoa: ’’Semoga Allah SWT membimbing arek-arek Bonek menjadi suporter sejati yang layak jadi panutan suporter Nusantara. Jauhkanlah mereka dari tindakan-tindakan emosional yang merugikan nama besar Bonek dan Persebaya. Kembalilah pada semangat Bonek seperti musim kompetisi divisi utama perserikatan 1986/1987. Kobarkanlah kembali heroisme para pejuang kemerdekaan 1945 di Surabaya yang luhur dan mulia itu. Amin.’’ Kerusuhan sebenarnya sudah ada pada 1987/1988 yang dilakukan arek-arek Bonek yang di luar koordinasi Jawa Pos. Kejadian saling lempar dalam perjalanan kereta api yang mengangkut Bonek dari Jakarta pulang ke Surabaya. Waktu itu Jawa Pos pun membayar kerugian yang dialami PJKA sekarang PT KAI sebesar Rp 50 juta. Nah, ketika belakangan arek-arek Bonek melakukan gerakan pencerahan, menjalin hubungan damai kembali dengan Pasoepati – julukan suporter Persis Solo, gerakan ini tak diberitakan sama sekali. Ketika Arema juara ISL 2009/2010, dan Aremania melakukan pesta juara di Malang, ada sejumlah oknum Aremania yang merusak mobil-mobil berplat L. Tapi, tak lama kemudian, sejumlah Aremania lainnya menghajar sendiri oknum-oknum Aremania yang berbuat rusuh itu. Keesokan harinya, arek-arek Bonek mencegat mobil-mobil berplat N. Mereka sama sekali tidak melakukan kerusakan, malahan sebaliknya memberikan bunga kepada sang sopir. Firman, yang di akun facebook bernama Bonek Pinggiran Kota menceritakan, waktu itu sopir dan penumpang mobil berplat N sempat ketakutan. Namun, setelah mereka disapa ramah dengan pemberian bunga tanda cinta damai, mereka pun tersenyum. Peristiwa ini pun sama sekali tidak diberitakan oleh media massa. Ketiga, secara tidak sengaja kami berkomunikasi dengan sejumlah Bonek. Ada yang dari Jakarta antara lain Andhi Bonek Jakarta, Sawoenggaling Soerabaja, ada yang dari Jogja antara lain Fajar Junaedy, 28 tahun, dosen broadcasting Universitas Muhammadiyah Jogjakarta yang juga Bonek. Ada Dyota, Bonek Pinggiran Kota, Yudha Bonek, Dedy Ambon dari Surabaya. Ketika berkontak ria soal sepak bola, kami pun terkejut. Ternyata kalimat-kalimat dan pemikiran mereka cerdas. Mereka mencintai sepakbola dan menyayangi klub Persebaya dengan wawasan yang luas. Di situ kami baru tahu, mengapa mayoritas Bonek lebih pro Persebaya 1927. ’’Kami sebenarnya membela kedua-duanya, baik Persebaya 1927 maupun Persebaya Divisi Utama. Tapi setelah Persebaya Divisi Utama bermain di kandang dengan bantuan penalti-penalti palsu, didukung dengan tindakan wasit yang tidak fair, kami pun kecewa berat. Karena itu sekarang hampir semua Bonek pro Persebaya 1927,’’ kata Yudha Bonek. Pecahnya Persebaya menyadi Persebaya 1927 dan Persebaya Divisi Utama itu sendiri adalah korban dari pertarungan elite sepak bola nasional. Hanya Persebaya yang terbelah dua! Karena itu, arek-arek Bonek mendambakan kembalinya SATU PERSEBAYA! Kini, tumbuh lapisan baru arek-arek muda Bonek yang gencar melakukan gerakan pencerahan. Mereka berjuang keras menegakkan kedamaian. Bahkan arek-arek Bonek Jakarta dan Jogja kini sedang membikin Buku Sejarah Bonek. Fajar Junaedy dari Jogja juga membuat VCD Sejarah Bonek. Dia telah mewawancarai pencipta logo Wong Mangap, yaitu Mister Muhtar dan Budiono, termasuk kami sendiri dan beberapa saksi sejarah tret-tet-tet 1986/1987. Mereka adalah anak-anak muda intelek, kreatif, mempelajari berbagai pengetahuan tentang sepak bola dengan rajin membuka situs. Mereka berdebat dengan rasional dan dengan hati yang dingin. Semoga gerakan pencerahan arek-arek Bonek ini menemukan puncak yang gemilang. Hal ini ditandai dengan semakin ramah dan sportifnya arek-arek Bonek di mana pun berada. Perlu diingat, soal kerusuhan suporter bukan hanya Bonek yang melakukan. Berbagai fakta menjadi bukti. Kubu-kubu suporter lain pun melakukan kerusuhan. Mungkin lebih tepat disebut oknum-oknum, bukan kubu suporter secara keseluruhan. Bahkan suporter di negara yang maju dan menjadi nenek moyangnya sepak bola pun, kerusuhan suporter masih saja ada. Semoga pejuangan lapisan muda intelektual Bonek itu menuai hasil gemilang. Amin
SATU BONEK SATU
SATU TUJUAN DUKUNG PERSEBAYA
SALAM SATU NYALI WANI
LOGO BONEK YANG DULU KARYA MISTER MUCHTAR
Kami datang kepada sebuah nama yang awalnya asing bagi kami, nama yang kurang familier bahkan jarang kami dengar, menyoal hubungan kedekatannya dengan Persebaya. Seorang kanan luar dari kesebelasan Askring (kesebelasan karyawan Jawa Pos) yang sangat energik, saat kami temui di kediamannya. Adalah Mister Muchtar, sosok yang kami temui.
Beliau merupakan pembuat pertama grafis dari logo Ndas Mangap yang sampai saat ini masih dipakai sebagai identitas suporter Persebaya yang dikenal dengan sebutan Bonek. Memang, grafis saat pertama muncul dengan grafis yang sekarang kita jumpai sudah mengalami banyak proses perbaikan. Tetapi tanpa sebuah awalan, tidak mungkin terjadi sebuah proses yang berkelanjutan.
“Di mulai saat divisi utama perserikatan 1987, dimana di final Persebaya menyerah kalah (1-0) dari PSIS Semarang . Kelompok suporter sudah banyak yang berangkat tandang mendukung Persebaya.”
“Tahun 1988 Persebaya masuk semifinal perserikatan bersama PSMS, Persija dan Persib. Begitu masuk semifinal banyak suporter yang ke Kembang Jepun (Kantor Jawa Pos), saat itu media dan suporter begitu dekat.”
“Oleh karena itu, Jawa Pos merasa memperhatikan semangat suporter sehingga Jawa Pos memberangkatkan suporter.”
“Jawa Pos memberangkatkan 100 bus dengan biaya murah. Kesempatan PP dengan bis AC plus makan. Biaya murah tersebut dikarenakan adanya subsidi 60% dari Jawa Pos sisanya 40% suporter sendiri.”
“1 Bus berisi 56 Orang, mendapatkan kaos gratis. Kaos ini dibuat untuk memudahkan panitia dalam memantau peserta dan dijadikan identitas diri dengan warna kebesaran hijau.”
“Istilah Tret..tet..tet yang digunakan juga dibuat oleh pak Dahlan (Iskan), diambil dari semacam bunyi terompet.”
“Saat di buka pendaftaran, seluruh karyawan Jawa Pos dikerahkan karena peminat membludak.”
“Di semifinal melawan medan (PSMS), Persebaya menang. Perjalanan pulang pergi dari Jakarta ke Surabaya senang.”
“Begitu Persebaya masuk final, jumlah suporter semakin meningkat menjadi 300 bus. Bahkan beberapa kelompok suporter ada yang berangkat naik kereta, mereka sudah minta ijin Jawa Pos. Kami sebut mereka kelompok kereta api, karena semua rombongan Jawa Pos menggunakan bus.”
“Yang ikut rombongan Jawa Pos di Jakarta sangat tertib. Main (Final) pukul 18.30 WIB, pukul 13.00 WIB siang rombongan sudah masuk Jakarta dikawal patwal. Petugas Jawa Pos di Jakarta menyambut rombongan. Suporter ini benar-benar nurut dengan Jawa Pos. ini yang membuat artis-artis respek dengan para suporter, sampai-sampai mereka foto bareng.”
Partai final yang dimenangkan Persebaya dengan skor 3-2 itu, dinodai dengan insiden kecil saat perjalanan pulang kembali ke Surabaya. Beberapa suporter yang tidak terkoordinasi dengan baik membuat ulah, di Stasiun Jogja mereka melakukannya.
“Saat pulang kelompok kereta api turun di Jogja, makan minum tidak bayar. Inilah masa kelam itu dimulai.”
Jika kembali kepada peristiwa seperti ASUSEMPER atau peristiwa sejenisnya yang cenderung anarkis, melihat terhadap kondisi suporter ini, beliau balas bertanya
“Yang menjadi pertanyaan besar adalah kenapa dengan kondisi terbatas, kami dulu lebih koordinasi dan tertib?.”
NDAS MANGAP HAUS GOL
Logo ndas mangap dan tulisan Kami Haus Gol Kamu yang dibuat tidak dapat dipisahkan dari nuansa tret..tet..tet saat itu. Layouter lulusan ASRI Jogjakarta ini kembali menjelaskan dengan gamblang dan detail mengenai logo yang revolusioner ini,
“Idenya adalah suporter diberi identitas, kaos diberi gratis.”
“Ada tulisan KAMI HAUS GOL KAMU, itu adalah ide pak Dahlan (Iskan). Typografinya (tulisan tangan) saya.”
“Mungkin diambil dari istilah luar negeri, We Hungry Your Goal.”
“Tulisan KAMI HARUS GOL KAMU menggunakan font lama Fitra Board dan Baskerville. Bahasa puitik saya giring ke font-font artistik, jadi bukan font yang kaku.”
“Saya diberi tugas membuat maskot yang mencirikan semangat Arek Suroboyo. Mempresentasikan Arek Suroboyo saat 10 November 1945.”
“Malam itu juga dibuatnya. Di ruangan ada saya, tukang sablon dan bos (Dahlan Iskan). Karena besok sudah berangkat, saya gambar cepat-cepat diatas film. Mendesain diatas film sangat licin, dibuat disana supaya langsung di sablon.”
“Bos memperagakan ekspresi seperti berteriak, jadi logo itu adalah gambaran ekspresi pak Dahlan (Iskan) berteriak.”
“Saya orang lama. Masih ada simbol-simbol lama, terpengaruh gerakan-gerakan Bung Tomo.”
sketsa dadakan
Ketika sketsa yang kami minta telah hampir selesai,
“Ya, kira-kira beginilah dulu saya buat maskot ini.”
“Dalam seni namanya inspirasi adalah pengalaman kehidupan yang terserap dari apa yang dilihat. Dari pengalaman, kejadian-kejadian.”
“Saya membuat tidak lebih dari 10 menit, karena diluar suporter sudah menunggu. Begitu selesai jadi desain, langsung dibawa oleh tukang sablon dan kemudian dicetak.”
“Tempat sablonnya di Jalan Pesapen, nama pemiliknya Pak Halim. Beliau adalah pengusaha percetakan kaos sablon.”
“Beliau dipercaya Jawa Pos karena mampu membuat ribuan kaos dalam waktu cepat, soal mutu nanti dulu. Saya ikut ke Pabrik untuk urun rembug soal bahan.”
HAK PATEN, LILLAHI TA’ALA.
Kembali ke cerita Alberto Korda sebagai orang pertama yang mengambil foto Heroic Guerilla (baca: Karena Logo Adalah Kebanggaan), yang mana sampai kematiannya tidak mendapatkan satupun royalti atas hak paten terhadap foto tersebut.
Dan jika nasib logo ndas mangap ini bisa dihubungkan dengan hal tersebut, maka Mister hanya menjawab,
“Motivasi tidak sejauh itu, kalau menyangka perkembangan seperti ini. Saya hanya bersyukur dan senang, suporter jadi sangat terpengaruh. Syukur-syukur pengaruh itu sampai ke anak-anak.”
“Soal hak paten atau royalti terhadap hasil karya. Saya Lillahi Ta’ala.”
“Apa yang diproduce adalah hak perusahaan, saya tidak bisa mengatakan itu adalah saya sendiri.”
“Pak Dahlan memberi tugas sesuai job deskripsi, beliau tahu bidang saya. Semua itu karena profesionalisme saja.”
“Pernah saya dengar ada anak Petemon yang mengaku membuat. Saya tertawa.”
“Setelah saya ada pak Boediono,logo yang tadinya model sketsa diperhalus dengan teknologi grafis sehingga menjadi apa yang sekarang ini ada.”
“Sebagai penonton saya tertawa melihat logo menjadi tengkorak. Beragam ekspresi dari kampung-kampung, bisa dilihat dari eksplorasi logo tersebut.”
“Jadi, seharusnya Beliaulah (Dahlan Iskan) yang pertama membuat logo itu.”
BONEK VIKING SATU HATI
Melihat sejarah, VIKING dan BONEK adalah pendukung sejati dari
klub perserikatan yang sudah menjadi musuh bebuyutan dari sejak jaman
perserikatan, yaitu PERSIB dan PERSEBAYA. Dilihat dari kacamata awam,
tidak mungkin pendukung sejati yang berani mati demi mendukung timnya
bisa bersahabat bahkan bersaudara dengan pendukung sejati yang sama-sama
berani mati demi mendukung tim musuh bebuyutan. Tetapi ternyata VIKING
dan BONEK membuktikan bahwa mereka bisa. Persaudaraan mereka dilandasi
perasaan senasib dimana mereka selalu dijadikan bahan hujatan dan
pendiskreditan dari masyarakat sepakbola nasional. Bahkan pers nasional
pun paling senang apabila ada kerusuhan di partai yang melibatkan PERSIB
atau PERSEBAYA karena bisa dijadikan headline dan sudah jelas pihak
mana yang akan disalahkan.
Sejak dulu VIKING dan BONEK diidentikkan dengan kerusuhan. Istilahnya dimana ada pertandingan yang ditonton oleh VIKING atau BONEK maka akan terjadi kerusuhan. Hal-hal jelek dan bersifat mendiskreditkan itulah yang lebih sering diekspos oleh media massa nasional. Padahal tidak semua kegiatan atau kelakuan VIKING dan BONEK berujung pada kerusuhan. Dan tidak semua kerusuhan itu diakibatkan oleh mereka. Mereka hanyalah kaum tertindas yang selalu dipersalahkan karena dosa-dosa di masa lalu. Sangat jarang sekali (atau bahkan tidak pernah?) media massa nasional memberitakan kegiatan positif yang VIKING atau BONEK lakukan. Sangat jauh berbeda dengan pemberitaan media massa nasional tentang pendukung tim lain. Ketika terjadi kerusuhan yang melibatkan mereka hanya ditulis sedikit (atau bahkan tidak ditulis sama sekali?) dan ditutupi dengan kata-kata “oknum yang mengatasnamakan pendukung…”. What a bullshit! Sedangkan ketika melakukan kegiatan positif, media massa nasional langsung memberitakan secara besar-besaran, sebesar berita kerusuhan yang melibatkan VIKING atau BONEK. Bahkan saking terlalu seringnya pemberitaan yang memojokkan VIKING sebagai bobotoh PERSIB, bobotoh lain yang bukan anggota VIKINGpun menjadi antipati terhadap media massa nasional. Sampai ada jargon di kalangan bobotoh bahwa “PERSIB besar bukan karena pemberitaan media massa nasional, PERSIB besar karena bobotoh dan prestasi. PERSIB dan bobotoh tidak membutuhkan media massa nasional untuk menjadi besar. Media massa nasional-lah yang membutuhkan PERSIB untuk menjadi besar dan terkenal”.
Hal itulah yang mungkin menjadi salah satu penyebab munculnya perasaan senasib dan berkembang menjadi ikatan persaudaraan, selain tentunya kerusuhan di Jakarta dimana BONEK yang hendak mendukung PERSEBAYA di Senayan diserang oleh sepasukan organisasi masyarakat (?), yang tidak usah saya sebutkan disini karena semua juga sudah tau, dan kemudian diselamatkan oleh beberapa bobotoh (anggota VIKING) yang kebetulan sedang ada disana. Juga ketika PERSIB melawat ke Surabaya, dimana anggota VIKING yang mendukung PERSIB di sana dijamu sangat baik oleh BONEK. Demikian pula ketika PERSEBAYA yang bertanding di Bandung, giliran BONEK yang dijamu sangat baik oleh VIKING.
Indahnya persaudaraan diantara dua kubu suporter TERBESAR di Indonesia itu. Jadi saat ini BONEK bukan hanya berarti BONDO NEKAT, tapi bisa juga berarti BOBOTOH NEKAD.
Karena VIKING atau BONEK sama saja..!!!
dan Karena VIKING BONEK SATU HATI...!!!
ANTI PROVOKATOR JANCOK
Sejak dulu VIKING dan BONEK diidentikkan dengan kerusuhan. Istilahnya dimana ada pertandingan yang ditonton oleh VIKING atau BONEK maka akan terjadi kerusuhan. Hal-hal jelek dan bersifat mendiskreditkan itulah yang lebih sering diekspos oleh media massa nasional. Padahal tidak semua kegiatan atau kelakuan VIKING dan BONEK berujung pada kerusuhan. Dan tidak semua kerusuhan itu diakibatkan oleh mereka. Mereka hanyalah kaum tertindas yang selalu dipersalahkan karena dosa-dosa di masa lalu. Sangat jarang sekali (atau bahkan tidak pernah?) media massa nasional memberitakan kegiatan positif yang VIKING atau BONEK lakukan. Sangat jauh berbeda dengan pemberitaan media massa nasional tentang pendukung tim lain. Ketika terjadi kerusuhan yang melibatkan mereka hanya ditulis sedikit (atau bahkan tidak ditulis sama sekali?) dan ditutupi dengan kata-kata “oknum yang mengatasnamakan pendukung…”. What a bullshit! Sedangkan ketika melakukan kegiatan positif, media massa nasional langsung memberitakan secara besar-besaran, sebesar berita kerusuhan yang melibatkan VIKING atau BONEK. Bahkan saking terlalu seringnya pemberitaan yang memojokkan VIKING sebagai bobotoh PERSIB, bobotoh lain yang bukan anggota VIKINGpun menjadi antipati terhadap media massa nasional. Sampai ada jargon di kalangan bobotoh bahwa “PERSIB besar bukan karena pemberitaan media massa nasional, PERSIB besar karena bobotoh dan prestasi. PERSIB dan bobotoh tidak membutuhkan media massa nasional untuk menjadi besar. Media massa nasional-lah yang membutuhkan PERSIB untuk menjadi besar dan terkenal”.
Hal itulah yang mungkin menjadi salah satu penyebab munculnya perasaan senasib dan berkembang menjadi ikatan persaudaraan, selain tentunya kerusuhan di Jakarta dimana BONEK yang hendak mendukung PERSEBAYA di Senayan diserang oleh sepasukan organisasi masyarakat (?), yang tidak usah saya sebutkan disini karena semua juga sudah tau, dan kemudian diselamatkan oleh beberapa bobotoh (anggota VIKING) yang kebetulan sedang ada disana. Juga ketika PERSIB melawat ke Surabaya, dimana anggota VIKING yang mendukung PERSIB di sana dijamu sangat baik oleh BONEK. Demikian pula ketika PERSEBAYA yang bertanding di Bandung, giliran BONEK yang dijamu sangat baik oleh VIKING.
Indahnya persaudaraan diantara dua kubu suporter TERBESAR di Indonesia itu. Jadi saat ini BONEK bukan hanya berarti BONDO NEKAT, tapi bisa juga berarti BOBOTOH NEKAD.
Karena VIKING atau BONEK sama saja..!!!
dan Karena VIKING BONEK SATU HATI...!!!
ANTI PROVOKATOR JANCOK
BONEK MANIA

Istilah Bonek muncul secara tiba-tiba yang awalnya bagus yang lambat laun justru mengalami pergeseran pengertian dan akhirnya lebih berkonotasi negatif. Masih ingat gimana dulu Jawa Pos dengan koordinator langsung Cak Dahlan Iskan pernah memberangkatkan ratusan bus, puluhan gerbong KA dan pesawat terbang menuju Jakarta. Tret..tret.. tetttt... begitulah tema yg usung Jawa Pos tahun 1988-an. Dan sebutan populer untuk suporter persebaya waktu itu adalah 'Green Force'. Antusias bukan hanya dari surabaya saja, tetapi juga datang dari kota-kota besar di Jawa Timur. Bahkan dalam suatu kolom di Jawa Pos selama 7 hari berturut2 ada komentar & kesan-kesan dari para peserta Tret tret tett yg tertulis dengan foto para peserta lengkap dengan alamatnya.
Begitu antusiasnya jawa pos sampai dalam head line news tertulis "Hijaukan senayan" dan sambuatn masyarakat surabaya dan jawatimur pun luar biasa. Dalam ceritanya ada yg sampai menggadaikan motornya, menjual TV, Tape, perhiasan istrinya dan peralatan rumah tangga lainnya, yg muda2 banyak yg harus mengamen dulu pokoknya harus bisa ke senayan !!.
Modal Tekad itulah semangat untuk meng-hijaukan senayan begitu menggebu. Sementara yg punya duit pas-pasan masih ada cara lain yaitu 'menggandol' truk secara estafet mulai dari Surabaya - Jakarta sambil mengamen di jalanan. Bahkan ada juga yg berangkat jauh2 hari sebelum pertandingan final (padahal persebaya belum tentu masuk final) dengan menumpang gerbong kereta pertamina yg jalannya kayak keong itu... pokoknya sampe Jakarta.
Semangat yang positif dan antusiasme tanpa ada ANARKISME dan KERUSUHAN dengan melibatkan massa banyak itulah yg mendapatkan acungan jempol banyak kalangan di Indonesia saat itu. Sebagai catatan senayan ketika itu dijejali 110 Ribu penonton dari Surabaya dan Bandung !! Suporter Persebaya sendiri sekitar 40% nya (masih kalah banyak dengan bandung yg memang jaraknya lebih dekat). Suatu rekor jumlah penonton yg barangkali sampai saat ini belum terpecahkan.
Belum lagi semangat heroik dari beberapa suporter persebaya yg memanjat dan merayap sampai ATAP bangunan senayan yg berbentuk lingkaran itu hanya untuk membentangkan spanduk super raksasa warna hijau tulisan putih yg bertuliskan "MERAH DARAHKU PUTIH TULANGKU BERSATU DALAM SEMANGATKU".
Nah Semangat itulah dengan berbagai cara yg HALAL untuk datang mendukung persebaya ke senayan membuat beberapa media massa, terutama JAPOS sebagai pelopornya mulai mengistilahkan BONEK (Bondo Nekad), dalam as** tulisan mereka bahwa semangat hidup dan semangat untuk maju manusia perlu punya modal tekad yg kuat. Modal tekad atau Bondo Nekad atau Bonek sejatinya tidak seperti yg ditunjukkan oleh generasi bonek-bonek saat ini yg justru cenderung brutal, nekad dalam arti menghalalkan segala cara adalah bukan Bonek yang sesungguhnya.
Sebetulnya kesalahan juga dari para bonek sebelumnya yg tidak meninggalkan warisan bonek yg sebenarnya, juga media massa yg kadang ikut mengompori dan bahkan seakan-akan ikut membenarkan. Bahkan kerusuhan bonek sudah menjadi semacam rejeki buat mereka, karena berita tentang Bonek tentunya akan meningkatkan oplah surat kabar mereka.
Salah kaprah lainnya adalah istilah Modal Tekad dan Modal Nekad sebetulnya serupa tapi tak sama. Tekad lebih ke semangat untuk melakukan tindakan sedangkan nekad lebih ke tindakan yg dilakukannya. Seharusnya bukan Bondo Nekad tetapi Bondo Tekad... tetapi untuk kemudahan pengucapan lebih cenderung Bondo Nekad alias Bonek.
Puisi Bonek
Kami tak tahu, kapan kami mulai lahir......
Semuanya mengalir dan berjalan melintasi waktu
Dengan apa adanya......
Sampai saat inipun kami masih aktif mengorganisir
Diri kami dan menjalin.
tali persahabatan.....
Dari masa ke masa...hingga era kini...
Kami selalu dihujat... di caci.....
Kami sudah kenyang dengan nasi vonis.....dengan
Lauk pauknya komdis..serta..piringnya Komding
Kami mohon ma’af..atas ulah adik-2 kecil kami
Yang selalu meresahkan selama ini...
juga peringatan bagi oknum-2 yang selama ini memanfaatkan
atas nama kami...slogan kami...
Keberingasan bukan semboyan kami
Apapun cerita kami diluar sana......
Apapun foto-foto kami diluar sana.....
Apapun Ulasan-2 kami diluar sana
Sangat bermanfaat bagi mereka-mereka yang
Menghujat kami..!
Kami tidak butuh...pembenaran...
Kami tidak butuh..alasan
Inilah kami.....para BONEK yang tetap exist..
SAMPAI KINI.....
Tak sebilah Pedangpun bisa melukai diriku..
Tak lelah dan tak akan habis keringat kami
memperbaiki citra BONEK...
sampai kapanpun kami akan terus bersama
bersatu memeperbaiki diri..
AYO BERSAMA KITA BANGUN NAMA BONEK
Dengan rasa Cinta dan Kebersamaan...........
Tak ada yang lain, selain dirimu..
Yang selalu kupuja...
Ku sebut namamu..
Disetiap hembusan nafasku
Ku sebut namamu...
Ku sebut namamu.
SALAM SATU NYALI WANI
GUNUNG ANYAR TAMBAK
Gunung Anyar Tambak adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Gununganyar, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.Pada
awalnya, gunung anyar tambak termasuk dalam kecamatan Rungkut, tapi
dalam perkembangannya, karena kecamatan Rungkut sudah berkembang maka
daerah Gunung Anyar berubah menjadi kecamatan tersendiri. Karena
sedemikian pesatnya dan kebutuhan warga Surabaya atas perumahan,
pengembang mulai melirik daerah Gunung Anyar. dimulai dari Wiguna,
Perumahan Podho Joyo, Gunung Anyar Mas, Wisma Asri 2, Taman Gunung
Anyar, Perumahan PT Tirta Agung Prakarsa Makmur, Puri Gununganyar
Regency, dll. Juga adanya Wisata Anyar Mangrove juga menambah nilai dari
kawasan Gunung Anyar Tambak. Semoga dengan penataan lalulintas yang
baik, tembusnya jalan MERR IIC, menjadikan kawasan ini menjadi kawasan
yang maju, berkembang, dan tertata baik. saat ini di tahun 2012, daerah
ini telah berkembang dengan cukup pesat, harga tanah mulai merangkak
naik serta banyak peminat yang mencari lokasi pemukiman di kawasan ini. gunung anyar tambak terletak di wilayah surabaya timur sebelah timur kampus upn. rata-rata penduduk di sana bekerja sebagai petani tambak, pelaut, dll
TENTANG GUNUNG ANYAR TAMBAK
MONGGO DI KLIK LANGSUNG AE DI WOCO SUWON
GUNUNG ANYAR TAMBAK
WISATA MANGROVE GUNUNG ANYAR TAMBAK
TENTANG WAM (WISATA ANYAR MANGROVE)
WISATA MANGROVE DARI GUNUNG ANYAR TAMBAK UNTUK SURABAYA
SUWONN DULUR SILAKAN MAMPIR KE SINI
SATU BONEK SATU
SATU TUJUAN DUKUNG PERSEBAYA
SALAM SATU NYALI WANI
GUNUNG ANYAR TAMBAK
WISATA MANGROVE GUNUNG ANYAR TAMBAK
TENTANG WAM (WISATA ANYAR MANGROVE)
WISATA MANGROVE DARI GUNUNG ANYAR TAMBAK UNTUK SURABAYA
SUWONN DULUR SILAKAN MAMPIR KE SINI
SATU BONEK SATU
SATU TUJUAN DUKUNG PERSEBAYA
SALAM SATU NYALI WANI
wisata mangrove gunung anyar tambak
KAMPUNG WISATA MANGROVE GUNUNG ANYAR TAMBAK
sebuah kampung dimana disana menghasilkan beberapa macam hasil....
tak perlu anda bingung untuk menghabiskan waktu senggang anda....
di sini anda dapat menikmati wisata mangrove, memancing ikan bandeng dan langsung dibakar dan dimakan pada tempat, membeli oleh-oleh krupuk udang atau kerupuk ikan yang nikmat, membeli petis...
kami, warga gunung anyar tambak siap menerima kehadiran anda yang ingin merasakan suasana hutan mangrove kami di tengah padatnya kota surabaya yang panas dan penuh polusi, ataupun juga anda yang ingin membeli produk khas kami berupa ikan bandeng, udang windu,krupuk udang, krupuk ikan dengan kualitas tingkat nasional, dimana kami pernah mendapatkan penghargaan sebagai pembudidaya udang windu terbaik tingkat nasional, begitupun dengan krupuk udang dan krupuk ikan kami yang sangat disukai pada pameran UKM nasional yang diadakan dinas koperasi pada tahun 2009, ataupun petis kami yang juga akan menambah nikmatnya rasa khas surabaya.
segera datang dan nikmati...
sebuah kampung dimana disana menghasilkan beberapa macam hasil....
tak perlu anda bingung untuk menghabiskan waktu senggang anda....
di sini anda dapat menikmati wisata mangrove, memancing ikan bandeng dan langsung dibakar dan dimakan pada tempat, membeli oleh-oleh krupuk udang atau kerupuk ikan yang nikmat, membeli petis...
kami, warga gunung anyar tambak siap menerima kehadiran anda yang ingin merasakan suasana hutan mangrove kami di tengah padatnya kota surabaya yang panas dan penuh polusi, ataupun juga anda yang ingin membeli produk khas kami berupa ikan bandeng, udang windu,krupuk udang, krupuk ikan dengan kualitas tingkat nasional, dimana kami pernah mendapatkan penghargaan sebagai pembudidaya udang windu terbaik tingkat nasional, begitupun dengan krupuk udang dan krupuk ikan kami yang sangat disukai pada pameran UKM nasional yang diadakan dinas koperasi pada tahun 2009, ataupun petis kami yang juga akan menambah nikmatnya rasa khas surabaya.
segera datang dan nikmati...
TENTANG WAM (WISATA ANYAR MANGROVE)
Wisata Anyar Mangrove atau disingkat dengan WAM, adalah objek wisata baru di surabaya, tepatnya di daerah Gunung Anyar Tambak.
Area wisata yang berada di sekitar 2 KM ke arah timur kampus UPN ini,
selain menonjolkan hutan mangrove yang alami, juga dilengkapi dengan
binatang-binatang yang masih “perawan”, semisal monyet berekor panjang.
Selain monyet, kita bisa menikmati berbagai spesies burung sepanjang
perjalanan menuju area mangrove.
Di awal tahun 2010, tepatnya 1 Januari 2010 pukul 8.30 wib, Walikota Surabaya Bambang DH melepaskan balon secara simbolis sebagai launching “Wisata Anyar Mangrove” di wilayah gunung anyar. Pelepasan balon ke udara yang bertulisan “Wisata Anyar Mangrove dari Gunung Anyar Tambak untuk Surabaya” ini disaksikan pula oleh Yusak Anshori (kepala Surabaya Tourism Board), Camat Gunung Anyar Kanti Budiarti, Lurah Gunung Anyar Tambak Jailani, pakar tata kota Johan Silas dan Firman Arifin, Ketua RW VII Gunung Anyar Tambak, mewakili warganya yang menggagas hutang mangrove ini untuk dijadikan objek wisata.
Menurut Yusak Anshori, objek wisata ini mempunya nilai eksotis, diantaranya karena menggunakan perahu nelayan yang asli untuk menuju area mangrove. Irma, dari dinas pariwisatapun menambahkan, tempat ini mempunyai nilai lebih dari kenjeran. Kalau di kenjeran, meskipun kita naik perahu, masih terlihat bangunan-bangunan yang ada disekitarnya. Sehingga kesan kota masih terasa. Sedangkan di tempat ini, begitu kita masuk ke area mangrove, kita hanya melihat hutang mangrove dan laut, apalagi dilengkapi dengan flora fauna yang menarik.
Kedepan, bukan hanya unsur wisata mangrove saja yang kami hadirkan, tapi wisata pendidikan flora dan fauna, wisata kuliner, wisata kolam pancing di tambak, dan wisata olah raga bersepeda sebagai alternatif lain menuju area mangrove serta wisata belanja hasil laut dan tambak.
Oh ya, yang menjadi lebih “hidup” wisata ini karena melibatkan banyak unsur masyarakat lokal, seperti nelayan, petani tambak, UKM, RT, RW, PKK, Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) serta Karang Taruna. Sehingga tepatlah kalau Bu Kanti Budiarti sebagai Camat Gunung Anyar mengatakan, “Wisata Anyar Mangrove dari warga Gunung Anyar Tambak, untuk warga Surabaya”
Semoga ide warga Wisma Indah II dan Tirta Agung untuk menjadikan hutan mangrove beserta flora dan faunanya yang asli ini sebagai objek wisata baru di kota surabaya bisa sukses. Keyakinan kami bertambah ketika Bambang DH pada saat peresmian ini menyampaikan, WAM memiliki potensi besar. Menurut dia, mangrove di Gunung Anyar tidak jauh beda dengan yang ditemuinya saat berkunjung ke Singapura dan Tiongkok beberapa waktu lalu. “Berarti, WAM bisa ditata seperti negara tetangga,” tuturnya.
Di awal tahun 2010, tepatnya 1 Januari 2010 pukul 8.30 wib, Walikota Surabaya Bambang DH melepaskan balon secara simbolis sebagai launching “Wisata Anyar Mangrove” di wilayah gunung anyar. Pelepasan balon ke udara yang bertulisan “Wisata Anyar Mangrove dari Gunung Anyar Tambak untuk Surabaya” ini disaksikan pula oleh Yusak Anshori (kepala Surabaya Tourism Board), Camat Gunung Anyar Kanti Budiarti, Lurah Gunung Anyar Tambak Jailani, pakar tata kota Johan Silas dan Firman Arifin, Ketua RW VII Gunung Anyar Tambak, mewakili warganya yang menggagas hutang mangrove ini untuk dijadikan objek wisata.
Menurut Yusak Anshori, objek wisata ini mempunya nilai eksotis, diantaranya karena menggunakan perahu nelayan yang asli untuk menuju area mangrove. Irma, dari dinas pariwisatapun menambahkan, tempat ini mempunyai nilai lebih dari kenjeran. Kalau di kenjeran, meskipun kita naik perahu, masih terlihat bangunan-bangunan yang ada disekitarnya. Sehingga kesan kota masih terasa. Sedangkan di tempat ini, begitu kita masuk ke area mangrove, kita hanya melihat hutang mangrove dan laut, apalagi dilengkapi dengan flora fauna yang menarik.
Kedepan, bukan hanya unsur wisata mangrove saja yang kami hadirkan, tapi wisata pendidikan flora dan fauna, wisata kuliner, wisata kolam pancing di tambak, dan wisata olah raga bersepeda sebagai alternatif lain menuju area mangrove serta wisata belanja hasil laut dan tambak.
Oh ya, yang menjadi lebih “hidup” wisata ini karena melibatkan banyak unsur masyarakat lokal, seperti nelayan, petani tambak, UKM, RT, RW, PKK, Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) serta Karang Taruna. Sehingga tepatlah kalau Bu Kanti Budiarti sebagai Camat Gunung Anyar mengatakan, “Wisata Anyar Mangrove dari warga Gunung Anyar Tambak, untuk warga Surabaya”
Semoga ide warga Wisma Indah II dan Tirta Agung untuk menjadikan hutan mangrove beserta flora dan faunanya yang asli ini sebagai objek wisata baru di kota surabaya bisa sukses. Keyakinan kami bertambah ketika Bambang DH pada saat peresmian ini menyampaikan, WAM memiliki potensi besar. Menurut dia, mangrove di Gunung Anyar tidak jauh beda dengan yang ditemuinya saat berkunjung ke Singapura dan Tiongkok beberapa waktu lalu. “Berarti, WAM bisa ditata seperti negara tetangga,” tuturnya.
WISATA MANGROVE DARI GUNUNGANYAR TAMBAK UNTUK SURABAYA
Di awal tahun 2010, tepatnya 1 Januari 2010 pukul 8.30 wib, Walikota
Surabaya Bambang DH melepaskan balon secara simbolis sebagai launching
“Wisata Anyar Mangrove” di wilayah gunung anyar. Pelepasan balon ke
udara yang bertulisan “Wisata Anyar Mangrove dari Gunung Anyar untuk
Surabaya” ini disaksikan pula oleh Yusak Anshori (kepala Surabaya
Tourism Board), Camat Gunung Anyar Kanti Budiarti, Lurah Gunung Anyar
Tambak Jailani, pakar tata kota Johan Silas dan Firman Arifin, Ketua RW
VII Gunung Anyar Tambak, mewakili warganya yang menggagas acara ini.
Dalam sambutannya, Firman Arifin yang berprofesi sebagai dosen di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS ITS) ini, menyampaikan bahwa ide atau gagasan dari warganya datang secara spontanitas. Dari ide dadakan ini panitia hanya punya waktu dua pekanan untuk merealisasikannya.
“Sebelumnya tidak ada rencana ntuk mengundang walikota. Tapi begitu proposal masuk ke kelurahan dan kecamatan, respon pemerintah sangat mengapresiasi ide dari warga perumahan wisma indah dua dan tirta agung. Bahkan kecamatan mensupport kami untuk mengundang walikota. Alhamdulillah akhirnya bapak walikota bersedia hadir”, ujar Firman.
Ada beberapa masukan dari penggagas “Wisata Anyar Mangrove” agar kedepan bisa menjadi alternative wisata di Surabaya. Pertama, pengerukan dasar sungai kebong agung. Karena dengan kondisi sekarang ini, kalau kondisi sungai yang berhubungan langsung dengan laut ini sedang surut, maka perahu untuk membawa para wisatawan ke tempat wisata agak terhambat.
Kedua, pembenahan dermaga. Dermaga yang ada sekarang masih terlalu sempit dan hanya ada satu saja. Dengan bertambahkan para wisatawan, agar bisa melayani dengan baik dan cepat, mau tidak mau memang perlu dibenahi.
Ketiga, bantuan perahu untuk wisata bahari. Selama ini, kebanyakan pengunjung menggunakan perahu-perahu milik nelayan untuk mencapai area mangrove dengan kondisi perahu “seadanya”. Dengan desain dan bahan yang tepat, perahu wisata ini diharapkan wisatawan lebih bisa menikmati berbagai spesies flora dan fauna, seperti burung, monyet ekor panjang dan lainnya.
Sampai hari kedua sejak dibukanya Wisata Anyar Mangrove (WAM) yang berada sekitar 2 KM ke arah timur kampus UPN ini, bukan hanya pengunjung yang berasal dari daerah gunung anyar atau rungkut saja. “Hampir dari seluruh warga kota Surabaya sudah menikmati wisata anyar mangrove”. Demikian disampaikan oleh ketua panitia, Gramang.
Dalam sambutannya, Firman Arifin yang berprofesi sebagai dosen di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS ITS) ini, menyampaikan bahwa ide atau gagasan dari warganya datang secara spontanitas. Dari ide dadakan ini panitia hanya punya waktu dua pekanan untuk merealisasikannya.
“Sebelumnya tidak ada rencana ntuk mengundang walikota. Tapi begitu proposal masuk ke kelurahan dan kecamatan, respon pemerintah sangat mengapresiasi ide dari warga perumahan wisma indah dua dan tirta agung. Bahkan kecamatan mensupport kami untuk mengundang walikota. Alhamdulillah akhirnya bapak walikota bersedia hadir”, ujar Firman.
Ada beberapa masukan dari penggagas “Wisata Anyar Mangrove” agar kedepan bisa menjadi alternative wisata di Surabaya. Pertama, pengerukan dasar sungai kebong agung. Karena dengan kondisi sekarang ini, kalau kondisi sungai yang berhubungan langsung dengan laut ini sedang surut, maka perahu untuk membawa para wisatawan ke tempat wisata agak terhambat.
Kedua, pembenahan dermaga. Dermaga yang ada sekarang masih terlalu sempit dan hanya ada satu saja. Dengan bertambahkan para wisatawan, agar bisa melayani dengan baik dan cepat, mau tidak mau memang perlu dibenahi.
Ketiga, bantuan perahu untuk wisata bahari. Selama ini, kebanyakan pengunjung menggunakan perahu-perahu milik nelayan untuk mencapai area mangrove dengan kondisi perahu “seadanya”. Dengan desain dan bahan yang tepat, perahu wisata ini diharapkan wisatawan lebih bisa menikmati berbagai spesies flora dan fauna, seperti burung, monyet ekor panjang dan lainnya.
Sampai hari kedua sejak dibukanya Wisata Anyar Mangrove (WAM) yang berada sekitar 2 KM ke arah timur kampus UPN ini, bukan hanya pengunjung yang berasal dari daerah gunung anyar atau rungkut saja. “Hampir dari seluruh warga kota Surabaya sudah menikmati wisata anyar mangrove”. Demikian disampaikan oleh ketua panitia, Gramang.
SEBUAH PUISI DARI PECINTA BONEK
kami lah pendukungmu..
yang slalu menemanimu..
yang ada dimanapun kau bertanding..
baik kandang ataupun tandang..
ku jual baju celanaku..
hanya untuk menyemangatimu..
sekolah, pekerjaan kami tinggalkan..
hanya untuk melihatmu menang..
ribuan kilo kami tempuh..
tak peduli meski raga ini rapuh..
jangankan hujan air..
hujan batu pun kami tak peduli..
seribu janji ku ucap..
seribu bukti kuberi..
waktu, harta, darah, bahkan nyawa..
kami ... mengorbankannya.. meski banyak yang mencaci.. meski kami dibenci.. kami tak peduli.. itulah cara kami.. karna kami bonek.. kami bukan brengsek.. karna kami bondo nekat.. bukan berarti kami penjahat.. apapun kata orang di luar sana.. siapapun nama kami di dunia.. itu semua karna media.. yang mengambil uang semata.. hanya satu yang kami inginkan.. sebuah kemenangan.. menang, menang, dan menang.. persebaya, puaskan aku sayang..
KEBERSAMAAN BONEK
Bonek.
Sekilas pandangan masyarakat awam tentang bonek adalah suporter perusuh, penjarah, radikal, berandal dan yang pastinya berbau kriminal. Kami akui, memang kami bonek bukanlah suporter terbaik tapi kami bonekmania slalu mencoba ingin jadi lebih baik. Bonek adalah suporter sepak bola. Dan pastinya BONEK ADALAH BONEK. Bonek bukanlah suporter yang bilamana anarkis selalu mengatasnamakan oknum suporter, bukan mengakuinya dan meminta maaf.
Bonek anarkis, bonek bikin ulah, bonek menjarah pedagang. Itulah headline yang slalu menghiasi media massa saat bonek tur ke luar kota. Media massa bagaikan ketiban rejeki saat bonek tur ke luar kota. Bagaikan dalam perlombaan, para pewarta berita berlomba-lomba memberitakan perjalanan tur bonek dengan mengarang indah dan pemberitaan yang paling menjual tanpa memandang kode etik pers. Masih jelas dalam ingatan saya, 24 Januari 2010 Bonek tur bandung diserang di solo. Dalam cuplikan video pada media massa menayangkan bonek yang kala itu di dalam dan di atas gerbong kereta diserang warga, bukan bonek yang menyerang, tapi dalam pembritaan headline nya
Bandingkan dengan berpuluh-puluh ribu Aremania tur jakarta pada saat akhir kompetisi ISL 2010 Persija vs Arema. Adakah pemberitaan aremania yang mencolok? Seolah-olah tidak terjadi apa-apa dalam dengan perjalanan arema. Padahal tur tersebut memakan korban 11 Aremania meninggal dunia (sumber : malang tv). Atau mungkin media massa takut beritanya tidak laku keras tidak seperti pemberitaan tur Bonek? Sampai-sampai Bonek dijadikan cerita bahan lawakan dalam sebuah acara komedi di tv swasta karena rating pemberitannya yang tinggi.
Kita putar memori kembali saat pelita karawang vs persebaya. Bonek yang datang ke stadion singaperbangsa karawang diserang oleh oknum suporter tuan rumah, dan besok paginya muncul diberitakan di redaksi berita olahraga ternama tentang bonek menyerang suporter tuan rumah. Dengan kemajuan teknologi saya mengajak teman-teman bonek yang ada di grup facebook saya, untuk menyebarkan ke grup yang laen untuk mengirim email protes ke redaksi tersebut. Alhamdulillah 2-3 hari setelah email tersebut dikirim, pihak redaksi meminta maaf kepada pengurus bonek
Dan di sini saya mengajak kepada teman-teman bonek se jagat raya, bila nantinya ada pemberitaan miring tentang bonek mari kita berlomba-lomba mengirim email protes kepada media massa agar nama bonek tidak semakin tercoreng gara-gara ulah oknum wartawan pemburu harga bukan pemburu berita. Kita manfaatkan fasilitas yang ada saat ini, teknologi udah maju dulur.
Sebelumnya saya pernah kuliah di malang dan sedikit banyak saya mengerti perbedaan bonek dan seterunya aremania. Pada umumnya Bonek dan Aremania sama, sama-sama suporter fanatik, suporter terbesar. Di Bonek ada suporter cinta damai, di aremania juga ada suporter cinta damai, di bonek ada suporter garis keras bonek '89, di aremania ada suporter sirag sarek '87, di bonek ada yang resek, di aremania juga ada yang resek. Intinya gak semuanya bonek itu resek, tapi juga masih cinta damai. Gak semuanya aremania cinta damai tapi masih juga aremania resek.
Saya sendiri menganut faham bonekisme "Biarkanlah orang menganggap luar kita radikal, tapi dalam hati kita bermoral. Daripada orang menganggap luar kita terbaik, tapi itu hanya munafik"
Tapi di sini perbedaannya, bonek yang kala tur berbuat anarkis dan menjarah. Langsung stigma anarkis itu melekat pada diri bonek. Perlu diketahui tidak semuanya bonek itu anarkis. Masih ingat bulan ramadhan kemarin? Kelompok-kelompok suporter bonek yang ada di surabaya, sidoarjo, gresik, pasuruan, maupun jember dan daerah-daerah lain membagikan ta'jil ke pengendara umum. Tapi di sini yang saya banggakan, ketika bonek dicaci maki saat melakukan tindakan anarkis. Mereka menerimanya dengan lapang dada, bukan malah munafik menuduh oknum-oknum tertentu yang tidak bertanggung jawab melakukannya. Bukan malah mencari-cari alasan lain agar namanya tidak jelek di mata masyarakat yang mengurangi titel "suporter cinta damai"nya.
Kalau aremania? Anda pasti bisa menilainya sendirilah. Tidak perlu saya jelaskan di sini. Cukup menengok tragedi pembakaran stadion wilis madiun tahun 2005, stadion brawijaya kediri, konvoian aremania juara ISL 2010, perjalanan pulang dari tur solo (final piala indonesia 2010) dan yang terakher pulang dari tur jakarta di stasiun kediri. Melempari warga-warga sekitar stasiun yang tidak bersalah. Tapi maukah mereka mengakui perbuatan mereka??
Dan juga selama saya tinggal di malang, saya sedikit banyak menemukan 100% asli kera ngalam yang berdomisili di malang pendukung persebaya (bonek). Ketika saya bertanya kepada mereka mulai kapan mendukung persebaya jawabnya mereka menjadi Bonek sudah mulai kecil yang diwarisi oleh bapak-bapaknya. Dulu memang banyak bonek yang berasal dari malang, tapi sekarang sudah tidak sebanyak dulu lagi karena mereka sudah mempunyai tim daerahnya sendiri arema dan apalagi arema sedang naik daun.
Saya mencoba bertanya lebih jauh mengapa mereka tetap setia mendukung persebaya, jelas-jelas sekarang arema lagi naik daun. Mereka menjawab "tim ada di atas dan di bawah itu wajar, seperti roda berputar". Mereka sudah terlalu banyak mengerti kelebihan dan kekurangan bonek dan juga aremania, yang pada kesimpulannya ternyata bonek dan aremania sama saja. Yang paling menonjol dan membedakan bonek dari aremania adalah persatuan suporter bonek, kesetia kawanan. Akan terasa jika pertandingan di luar kandang. Bonek-bonek berbondong-bondong berangkat ke kota tujuan dengan bekal seadanya demi mendukung persebaya. Bekal seadanya tidak menyurutkan merka untuk bersatu. Ada yang membawa duit lebih, mereka malah ikut menemani teman mereka yang tidak mempunyai uang untuk nggandol truk maupun kereta. Seperti contoh misal bonek dari surabaya di tengah perjalanan bertemu dengan bonek dari pasuruan, mereka dengan cepat akrabnya langsung bersatu untuk mencapai kota tujuan. Yang penting sampai di kota tujuan dan mendukung tim kesayangan Persebaya. Jangan heran kalau di tengah perjalanan bertemu dengan rombongan bonek yang makan nasi bungkus dimakan ramai-ramai. Itu karena keterbatasan bekal yang ada tetapi tidak menyurutkan persatuan bonek yang ada.
Berbeda dengan aremania, saat tur luar kandang. Mereka saling berlomba mempercantik dan membanggakan korwil masing-masing. Ada yang naik bis, kereta, mobil pribad. Kalaupun di jalan bertemu dengan aremania lain yang sedang tidak mempunyai uang, mereka acuh tak acuh. Mereka berpendapat, "salah dewe bondo nekat, arema gak bondo nekat, arema bondo duit". Saya sendiri juga mempunyai teman aremania, dia bercerita saat itu pulang dari tur lamongan menonton persik vs arema. Dia dan teman-temannya pulang tidak mendapatkan bis umum, pengin ikut rombongan aremania yang naik bis mereka dilarang naik. Bukan rahasia lagi, kalau di stadion kanjuruhan maupun di mana saja terjadi persaingan antar korwil aremania di malang.
Saling mengunggulkan yang terbaik. Saling tawuran sesama aremania. Maka dari fakta di ataslah, bonek-bonek asli malang bangga menjadi bonek. Bangga mendukung persebaya.
"Bonek ingat tujuan menjadi suporter, mendukung tim, bukan berlomba menjadi suporter terbaik."
CERITA JENE SI BONITA BULE
Cintaku terhadap Bonek, Sayangku Terhadap Persebaya Surabaya, kata-kata inilah yang cocok di ungkapkan untuk Jane seorang bule wanita asal Manchester Inggris yang sudah dua tahun tinggal di Surabaya.
Dengan kecintaannya dengan bonek (julukan seporter fanatik sepak bola asal Surabaya) sampai sampai dia meneteskan air mata ketika Persebaya tidak jadi juara ataupun bonek di cap jelek dia juga pendukung manchester united.
Kawan kita kali ini adalah Jane Elizabeth Shearwood (27), wanita sederhana asal Mancherther Inggris yang berprofesi menjadi seorang guru bahasa inggris yang bekerja di sebuah instansi di Surabaya yang memberikan les tentang bahasa inggris sangat jatuh cinta setengah mati dengan Bonek dan Persebaya Surabaya.
Kesederhanaan Jane ini membawanya dalam perkenalan di komunitas Bonek Mania, dimana seporter fanatik Persebaya Surabaya ini menerima Jane dalam perkumpulannya.
“Awalnya saya waktu itu melihat sepakbola di stadion tambak sari, saya tidak tahu VIP atau kelas biasa, saya masuki aja. Waktu itu tahun 2010 bulan Februari, dan yang bertanding Persebaya vs Persib Bandung. 10 menit pertama ketika saya duduk di antara para seporter lain saya takut dan menoleh kanan kiri, saya takut kalau saya di copet atau diapa-apain apalagi saya bule dan cewek lagi. Ternyata ketika mereka bonek sudah menari kekanan ke kiri saya senang dan happy rasanya enak sekali dari situ saya mulai jatuh cinta dengan bonek” katanya sambil tersenyum.
Tambahnya bahwa dia sangat berterima kasih sekali dengan orang-orang yang telah memperkenalkannya ke pada komunitas bonek, karena dari sini dia sangat terkesan sekali sampai sampai tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata katanya.
” Saya sangat senang sekali, dan berterima kasih kepada semua orang yang telah memperkenalkan saya ke komunitas bonek ini karena dari sinilah kecintaan saya terhadap bonek tumbuh sampai saya membuat tato untuk mengingatkan saya dan saya selalu ingat Bonek dalam hati saya. Terima kasih buat Okto Tyson dirigen, Hamin dirigen yang memperkenalkan kepada saya komunitas Bonek ini, bravo Bonek Revolusion” tuturnya dengan semangat.
Jane berharap Bonek bisa menjadi bonek yang terdidik sehingga tidak berkelahi, ataupun saling mencelakai, dia mengatakan Bonek punya musuh oke tetapi di pertandingan tidak personel itu tidak baik dan menjadikan jelek pandangan orang terhadap Bonek.
Dia sangat menginginkan Bonek menjadi panutan terhadap suporter lain, dia bilang Bonek adalah Bondo Nekat artinya mempunyai keberanian dan loyalitas yang tidak terbatas sehingga Bonek tetap menjadi contoh bagi seporter lain. Pengertian inilah yang harus di tanam ke teman teman Bonek lain katanya.
SALAM SATU NYALI.... WANI....!!!
BONEK SAMURAINYA INDONESIA
BONEK…
Bukan sekedar frase yg selalu bermakna negatif. Bagi saya Bonek adalah sebuah jiwa dan prinsip Bangsa dan Rakyat Indonesia, bahkan sebelum lahirnya PSSI, AREMA bahkan PERSIJA. Juga sebuah falsafah bangsa yang menjadi ciri sebuah bangsa misalkan di Jepang ada Samurai, sedangkan di Indonesia ada Bonek.
...
Apa yang membuktikannya ?
Tidak akan terobek terbelah kain bendera belanda menjadi merah putih diatas hotel penjajah hanya bermodal BONEK oleh BONEK-BONEK SURABAYA. Lusuhnya kulit, berkerutnya daging dan kusamnya pakaian tak goyah ditengah kungkungan sniper-sniper kolonial.
Tidak akan ada yg membakar semangat semacam Bung Tomo dengan aksi BONEKnya mengeluarkan untaian-2 paragrap demi paragrap propaganda dan doktrin kemerdekaan kepada para aktivis kemerdekaan ditengah ancaman keselamatan jiwanya dari sabotase kolonial.
Tidak akan yang berani menyerang Polisi dan Tentara Kolonial yang bersandangkan senapan, berkendaraan lapis baja, mortir dan granat dengan sepotong Bambu runcing di Jembatan Merah kalau bukan BONEKnya Surabaya juga BONEKnya Rakyat Indonesia.
Tidak akan ada yang seBONEK Bung Karno untuk melawan bangsa-bangsa Kolonial dan Imperialis seolah enggan berdiri MALU menjadi sebagai PEMIMPIN karena lebih takut tidak mampu menjadi PELINDUNG MARTABAT RAKYATNYA.
BONEK adalah Falsafah yg harus dikembangkan…Jangan jadikan sebagai Tittle penarik simpati pembaca media massa ketika ada rusuh suporter. Jadikan BONEK sebagai jiwa bagi bangsa yang sedang membangun. BONEK membangun tanpa bantuan feodalis, BONEK membangun Citra dan Harga Diri bangsa, BONEK bekerja tanpa harap pujian, BONEK mengabdi & BONEK untuk segera bangkit dari permasalahan ekonomi dan bencana.
BONEK ADALAH JIWA PEMBERANI DAN MALU UNTUK KALAH.
BONEK ADALAH MOTIVASINYA RAKYAT DAN MALUNYA RAKYAT UNTUK DIINJAK-INJAK, DIMONOPOLI DAN DIKUNGKUNG UNTUK DIPERJUAL-BELIKAN DENGAN SESUATU YANG RENDAH-HINA.
BONEK ADALAH KEPALAN TANGAN YANG POSISINYA PALING TINGGI DIANTARA ANGGOTA BADAN YANG LAIN DAN TERIAKAN YANG PALING MENGGETARKAN DIANTARA SUARA ALAM YG LAIN MENUNJUKKAN BAHWA KAMI BISA … PANTANG PULANG TERTUNDUK DAN PANTANG RAGU-RAGU.
BONEK ADALAH JALAN LURUS YANG TIDAK ADA TIKUNGAN DAN BELOKAN UNTUK MENCAPAI MENARA KEJAYAAN.
BONEK tempatnya bukan hanya ada diTambakSari, Kerikil batu cadas yg menghantam tameng pasukan Dalmas, truk atau kereta api yg penuh dengan lembaran-lembaran corak kain berwarna hijau menyala dengan gambar seorang kumuh berambut gimbal sambil berteriak terikat melingkar kain dikepalanya atau kata - kata yang ada disetiap gang diKota Malang “Bonek dilarang Masuk” atau “Area bebas Bonek”: Tapi sejatinya BONEK sudah ada di Hati Bangsa Indonesia yang tanggal lahirnya tidak pernah bisa ditelusuri.
BONEK BUKAN SEKEDAR SUPORTER TAPI JUGA SELURUH JIWA DAN RAGA.
BONEK BONDO NEKAT... LEK GK NEKAT YO GK WANI.....!!!
SALAM'E AE SALAM SATU NYALI.... WANI...!!!!
BUNG TOMO JUGA BONEK
Saya hanya mengmbil beberapa saja yang saya anggap menarik. Untuk lebih jelasnya silahkan anda membaca pada buku-buku sejarah anak sekolah. Saya yakin, buku-buku swjarah tersebut jauh lebih lengkap isinya daripada tulisan saya yang amat pendek ini.
Oke, kembali ke Bung Tomo. Saya pernah membaca tulisan di kaos teman saya yang berbunyi seperti ini : “BONEK..Dari dulu memang b...ikin rusuh. Saking rusuhnya, sampai-sampai Jendral Mallaby dari Inggris tewas. Bayangkan jika BONEK tidak rusuh, mungkin hingga saat ini Jendral keparat itu masih hidup..Suwon Cak Tomo, kita yakin kalau anda dulu juga seorang BONEK.” Ada beberapa point yang bisa saya tangkap dari tulisan terebut.
Pertama, saya yakin pada saat itu Bung Tomo juga Bonek alias Bondho Nekat. Karena tidak menuruti ultimatum tentara sekutu untuk segera menyerah kepada sekutu. Akhirnya Bung Tomo memutuskan untuk melakukan Agresi terhadap sekutu, yang kisahnya paling terkenal adalah Perobekan bendera Belanda oleh arek-arek Suroboyo. Bayangkan, jika Bung Tomo bukan BONEK, saya yakin saat itu Bung Tomo akan terdiam seribu bahasa, terdiam seribu langkah, tak bisa melakukan apa-apa.
Kedua, secanggih apapun senjata musuh yang dimiliki, jika dilandasi dengan keberanian dan sikap rela berkorban, saya yakin kemenangan hanya menunggu waktu. Pada saat itu, senjata sekutu terbilang canggih, maklum habis memenangkan Perang Dunia II. Namun, arek-arek Suroboyo juga tidak kalah canggihnya. Tapi yang canggih bukan senjatanya, namun semangat dan keberaniannya. Dan terbukti, dengan keberanian itu, Jendral Mallaby ikut tewas tertembak.
Bonek dari dahulu juga bikin rusuh. Tapi jangan berpikiran negative terlebih dahulu. Yang saya maksud rusuh disini adalah rusuh yang disebabkan karena rasa kekecewaan yang telah memuncak. Jika Bonek tidak dicurangi, maka saya yakin kalau kerusuhan bisa diminimalisir.
BONEK GK AKAN NGAMUK LEK GAK DI GARAI.....
Retorik Hebat
“Selama Benteng-benteng masih memiliki darah merah, yang mampu membuat selembar kain putih menjadi Merah dan Putih, maka kita semua tidak akan menyerah sampai kapanpun.”
Diatas adalah sepenggal cuplikan pidato pembakar semangat Arek-Arek Suroboyo dalam pertempuran 10 Nopember. Jika, anda pernah mendengar suara rekaman pidato tersebut, saya yakin bulu kuduk anda akan berdiri. Lantaran darah-darah semangat telah membasahi pori-pori tubuh anda.
Inti dari pidato diatas adalah, selama darah kita masih berwarna merah, maka haram hukumnya menyerah pada penjajah. Dan itu dibuktikan sendiri oleh Arek-arek Suroboyo pada pertempuran 10 Nopember. Walaupun laras bedil mengarah ke denyut jantung, namun mereka masih tetap tegar mempertahankan bendera Indonesia (dengan merobek bendera Belanda).
Sungguh hebat sekali anda bung…!!! Saya yakin anda juga tidak kalah hebatnya dengan mantan Presiden pertama kita. Sosok orator yang hebat, namun nasib sedikit berbeda saja.
Status Ke-pahlawanan-nya
Rasanya sudah hampir seabad kisah heroik tersebut. Dari tahun ke tahun juga diadakan selebrasi untuk memperingati hari Pahlawan yang jatuh pada 10 Nopember. Taman Makam Pahlawan juga ramai saat peringatan (biasanya sepi, maklum namanya juga kuburan, mana ada yang ramai?) Namun, baru kemarin saja, sang tokoh Fenomenal ini dianggap sebagai pahlawan.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Entahlah tapi yang jelas, kepahlawanan seseorang bukanlah suatu paksaan. Tidak ada seorangpun yang memaksa kita untuk jadi seorang pahlawan. Menjadi pahlawan adalah sebuah pilihan. Pilihan setiap makhluk yang bernyawa.
Jadi, walaupun baru kemarin Bung Tomo “Resmi” jadi pahlawan Nasional, saya yakin semangat kepahlawanannya sudah tertanam jauh di lubuk hati seseorang yang rindu memperjuangkan kebenaran. Kebenaran yang dirampas oleh penjajah. Penjajah yang berasal dari luar maupun dari dalam. Penjajah yang selalu meneror setiap malam yang kita lalui, lebih membahayakan dari sekedar terror Bom Bali.
ingat... BONEK BUKAN SEKEDAR SUPORTER TAPI BONEK JUGA SELURUH JIWA DAN RAGA....
LEK GK NEKAT YO GAK WANI....
SALAM'E AE SALAM SATU NYALI... WANI.....!!!!!!
BONEK KETURUNAN PAHLAWAN
Lagi lagi aku ingin membahas uneg-uneg yang ada di hati ku tentang Bonek. Ga tau kenapa nih aku suka banget ngebahas Bonek. Topik apapun yang dibicarakan selalu saja ujung-ujungnya nyasar ke Bonek. Semoga saja yang baca tulisan saya gk bosen.
Seperti yang diketahui banyak orang, Bonek adalah sekumpulan pendukung Persebaya yang identik dengan warna hijau dan di cap sebagai perusuh. Ya, perusuh. Tapi apaun nama kami di luar sana kami tak peduli. Karena itu semua hanyalah akal-akalan media massa yang memanfaatkan nama Bonek hanya untuk uang. Seperti tulisan yang pernah aku buat bonek tidak munafik, media jangan lebay!!
Terlepas dari adanya aksi anarki yang dilakukan sebagian orang yang mengatasnamakan Bonek, sebagai frasa, Bonek adalah bagian dari sub budaya. Sedikit mengingat tragedi lamongan, waktu itu rombongan Bonek yang berangkat dari surabaya menuju lamongan dilempari batu, bom molotof,dll oleh warga dan suporter lamongan. Setelah kejadian itu, banyak pihak yang menuntut Bonek segera dibubarkan. Loh, disini Bonek sebagai korban, tapi kenapa setiap ada kerusuhan selalu saja media massa menjadikan Bonek seolah-olah sebagai tersangka??
hahaha..Melihat banyaknya tuntutan untuk membubarkan Bonek aku hanya bisa tertawa. Kenapa aku tertawa?? Bonek bukanlah sebuah organisasi, bonek juga bukan objek, benda atau sesuatu yang tereksistensikan dalam bentuk yang liat dan kasat mata. Bonek tidak akan dan tidak bisa bisa dibubarkan, karena Bonek sudah menjadi adjektif (kata sifat), bonek sudah menjadi frasa dalam kesadaran berbahasa kita. Aku disini berani menjamin, sekalipun Persebaya sudah tidak ada (amit-amit jangan sampai), namun Bonek tetap ada dan tidak akan pernah mati, karena sudah menjadi kultur itu tadi.
Persebaya dan Bonek adalah dua intensitas yang berbeda. Persebaya adalah sebuah klub sepakbola yang memiliki pendukung bernama Bonek. Tapi Bonek belum tentu pendukung Persebaya.
Kembali lagi ke Bonek sebagai suporter Persebaya. Banyak orang yang bertanya-tanya, sebanarnya Bonek ini cinta Persebaya atau ga sih? Kalau cinta kenapa bikin rusuh yang justru merugikan Persebaya, dan kalau tidak cinta kenapa rela mengorbankan harta, waktu, darah, bahkan nyawa hanya untuk sepakbola?
Saya rasa kalau kerusuhan bukan hanya bonek yang melakukannya, semua suporter di negeri ini pernah melakukan kerusuhan, bahkan yang lebih parah dari Bonek, namun media tidak menyorotinya. Mungkin karena suporter lain bukan artis kayak bonek kali ya??hehe..
Slogan Bonek tidak kemana-mana tapi ada dimana-mana memang bukan isapan jempol belaka. Tidak seperti slogan aremania tidak kemana-mana tapi ada dimana-mana. Memang benar ada aremania batavia, aremania borneo dan lain-lain. Namun semua itu hanyalah orang malang yang merantau ke luar daerah dan membentuk sendiri kumpulan aremania di tempat yang didatanginya. Tidak ada dengan sendirinya. Berbeda dengan Bonek. Ada Bonek Jogja, Bonek Nganjuk, Bonek Jombang, Bonek Kediri, dll. Meraka semua adalah warga asli yang berdomisili di wilayah masing-masing.
Sikap Bonek yang memegang prinsip “ lebih baik mati di medan perang dari pada harga diri terinjak-injak” itu sudah ada sejak jaman penjajahan dulu. Itu yang menjelaskan kenapa sekalipun prestasi Persebaya jeblok, jumlah Bonek bukannya berkurang, tapi malah bertambah. Itu yang menjelaskan kenapa berani pergi ke jakarta dengan hanya membawa bekal seribu rupiah.
Memang benar kata orang, Indonesia tidak akan merdeka kalau tidak ada (sikap) Bonek. Sikap yang ketika orang diharuskan bertahan, maka keberanian itulah yang muncul. Semua suporter di indonesia ini menamai dirinya sendiri. Tak ada yang dinamai media. Cuma Bonek yang dinamai media dan menjadi bagian dari kesadaran berbahasa dan berbudaya.
Jadi disini bisa disimpulkan Bonek adalah spirit yang membuat kita tetap hidup, bukan hanya sebuah nama.
iNgat BONEK BUKAN SEKEDAR SUPORTER TAPI JUGA SELURU JIWA DAN RAGA....
LEK GK NEKAT YO GK WANI.... SALAM'E AE
SALAM SATU NYALI... YO WANI....!!!!
TENTANG BONEK
MONGGO DI KLIK LANGSUNG AE DI WOCO
BONEK KETURUNAN PAHLAWAN
BONEK SAMURAINYA INDONESIA
BUNG TOMO JUGA BONEK
CERITA JANE SI BONITA BULE
KEBERSAMAAN BONEK
SEBUAH PUISI DARI PECINTA BONEK
SEJARAH PANJANG SUPORTER PEMBERANI (BONEK)
LOGO BONEK YANG DULU KARYA MISTER MUCHTAR
SEJARAH SUPORTER PERSEBAYA
SATU BONEK SATU
SATU TUJUAN DUKUNG PERSEBAYA
SALAM SATOE NYALI WANI
BONEK KETURUNAN PAHLAWAN
BONEK SAMURAINYA INDONESIA
BUNG TOMO JUGA BONEK
CERITA JANE SI BONITA BULE
KEBERSAMAAN BONEK
SEBUAH PUISI DARI PECINTA BONEK
SEJARAH PANJANG SUPORTER PEMBERANI (BONEK)
LOGO BONEK YANG DULU KARYA MISTER MUCHTAR
SEJARAH SUPORTER PERSEBAYA
SATU BONEK SATU
SATU TUJUAN DUKUNG PERSEBAYA
SALAM SATOE NYALI WANI
8 kaos suroboyoan
Surabaya sangat kaya khazanah dan peninggalan. Artinya, sangat banyak
cerita dan klangenan untuk memupuk kecintaan. Wujud kecintaan itu
bermacam-macam. Ada yang ingin berperan aktif membangun kota. Atau
merentang memori herois masa lalu. Ada pula yang mengekspresikannya
dalam medium kaos.
Tak heran bila produk kaos Suroboyoan makin bertebaran. Dari satu dua gerai, berkembang menjadi hampir sepuluh toko. Semua mengusung ciri khas Suroboyoan dalam bentuk dan levelnya. Meski tidak ada yang benar-benar menjadi ikon, layaknya Joger Bali atau Dagadu Jogja.
Tapi bukan berarti mereka terjebak hanya urusan bisnis. Sebagian justru benar-benar berangkat dari kecintaan akan kesejarahan Surabaya. Toko kaos Suroboyoan itu pun seakan menjadi penanda sejarah tersendiri. Kalau mau sejarah heroik, datanglah ke Roode Brug Soerabaia. Mau khazanah dialektis pergaulan, sambangi Sawoong atau Cak Cuk. Atau kalau mau semarak sportifitas kota arek, mampir saja di Green Shop.
Kaos itu pun disandang banyak orang. Surabaya pun berkumandang di mana-mana. Surabaya seperti bercerita kepada semua orang lewat para pemakai kaos khas Suroboyoan. Pada usia 719, Kota Surabaya makin terasa semaraknya.
Kaos Gae Koen Tok
Surabaya yang Lebih Ceria
Pelajaran entrepreneurship yang didapat di bangku kuliah sungguh dimanfaatkan dengan baik, oleh pemuda kreatif, alumni Universitas Ciputra yang satu ini. Ketika masih duduk di bangku semester 3, Abibayu Gustri K., sudah mulai belajar mengenali dunia kaos dan sablon. Ketika duduk di bangku semester 4, Abi, panggilan akrabnya, mulai berproduksi secara mandiri.
Hasil produksi awalnya masih dititipkan pada teman, yaitu ditempatkan di salah satu sudut hotel di kawasan Kayoon, Surabaya. Setelah akhir 2009, baru mampu memasarkan di sebuah outletnya sendiri. Dan menyapa masyarakat Surabaya dengan kreatifitasnya.
Ide memakai nama Gae Koen Tok, berasal dari hasrat ingin menciptakan sesuatu yang sangat Surabaya. Gae Koen Tok, berasal dari Bahasa Jawa yang berarti “Hanya Untuk Kamu”, Abi menambahkan,”Dari Surabaya untuk Surabaya!” tukasnya.
Apa yang membedakan Gae Koen Tok dengan kaos Surabaya lainnya? Jawab Abi, Gae Koen Tok selalu menampilkan Surabaya dalam kemasan yang lebih fun atau ceria. “Kami sangat mengutamakan kekuatan desain dan juga bahan,” tegasnya.
Kaos Sawoong
Bermula dari percikan-percikan ide desain. Letupan-letupan ide itu, sudah muncul sejak tahun 2007. Reka-reka desain terus dilakukan Kuncarsono Prasetyo, pemilik Sawoong Creative, terutama di waktu-waktu senggang di sela kesibukannya menjalani profesi sebagai jurnalis pada sebuah surat kabar terbitan Surabaya. Beragam desain, dan masih bersifat umum tidak ada tema, satu per satu hasil desain dikumpulkan.
Setahun kemudian Kuncar, panggilan akbrab Kuncarsono Prasetyo, mulai mengaplikasikan desain-desain buatannya ke dalam media kaos. Mulailah dia memesan bahan kaos, kemudian menyablonkan kaos-kaos tersebut. “Ketika itu semua masih menggunakan jasa pihak ketiga,” kisah Kuncar, kepada Surabaya City Guide yang ditemui di workshopnya.
Dalam perjalanan, dari sekian desain yang ditawarkan kepada konsumen, ternyata kaos-kaos bertema heritage yang paling digemari. Demi permintaan pasar, dan posisioning produknya, maka Sawoong mulai mengidentikkan dirinya dengan kaos yang khusus bertema heritage asli Surabaya.
Kaos Roode Brug Soerabaia

Aktualkan Perjuangan Surabaya
Bermula dari hobi tentang tentang sejarah, Bagus Kamajaya dan Ady Erlianto Setiawan, membuka aoutlet kaos yang bercerita tentang Kota Surabaya jaman perjuangan masa lalu. Lewat media kaos itu, mereka mengaktualkan kembali kesejarahan Surabaya semasa perjuangan Arek-arek Suroboyo.
Cerita kesejarahan itu, diakui Bagus, menjadi ciri khas kaos yang ia produksi. Disain kaos itu pun bertemakan segala hal yang menyangkut perjuangan arek-arek Suroboyo masa lampau. Mulai dari potret Bung Tomo, replika pesawat yang dulu membombardir Surabaya lengkap dengan spesifikasinya, tank, dan beragam senjata zaman perang.
Sejak didirikan pada Maret 2011, Roode Brug (yang berarti Jembatan Merah dalam bahasa Belanda) telah berpindah beberapa kali hingga kemudian berlokasi di parkir barat Tugu Pahlawan Surabaya.
Diakuinya, Roode Brug bukan semata berorientasi bisnis, tapi sekaligus mengusung misi edukasi. Karena itu, Roode Brug juga mengadakan kegiatan rutin semisal Heroic Tour ke Kota Tua Surabaya. Para peserta tour sejarah dari berbagai wilayah Indonesia itu sekaligus menjadi pasar yang disasarnya. Kaos produksinya diberi banderol Rp 75 ribuan.
Kaos Opo Jare
Kemunculan kaos cenderamata Surabaya Opo Jare terhitung baru, buka sejak awal April 2012. Konsep yang diusungnya semua tentang Surabaya, mulai dari khazanah heritage hingga kehidupan modernitas Surabaya.
“Kami ingin menanamkan kecintaan terhadap Kota Surabaya,” tukas Dwily Lestari Cahyani, salah satu owner Kaos Opo Jare. Diakuinya, apa yang digagas bersama dua sahabatnya; Yudha Putra Persadha dan Rahmat Permanahadi masih pada tahap penjajakan.
Dwi melihat kaos Suroboyoan yang sudah lebih dulu ada, rata-rata membidik kalangan tertentu dengan tema tertentu pula. Meski konsep yang dipilih merujuk pada semua mengenai Surabaya, tapi dengan tegas ia mengatakan, “Kami tetap menghindari tema-tema yang sudah dipilih oleh teman-teman terdahulu. Disain kami sangat berbeda dengan yang lainnya.”
Bila dilihat dari produk kaosnya, disain yang disuguhkan Opo Jare terlihat dinamis, tidak terikat pada tema tertentu. Sejak awal April lalu, setidaknya ada lima disain yang dilontar ke pasar. Setiap periode, dikatakan Dwi, memang hanya dibatasi pada lima disain saja. “Periode berikutnya akan dimunculkan lima disain lagi yang berbeda,” ungkapnya.
kaos green shop
Original Bonex Merchandise
Bonex siapa tidak tahu. Tapi kalau cari kasos bonex yang asli, yang mana dari sekian toko kaos bonex di Surabaya? Salah satu jawabannya ya di Greenshop. Tak dipungkiri, selain PKL di depan Gelora Tambaksari, mulai banyak toko kaos bonex bermunculan di Surabaya. Tak heran, sebab pangsa pasarnya jelas, ikatan emosional mereka juga tak perlu diragukan.
Tapi Greenshop lahir lebih dulu. Ia menangguk untung dari mencuri start. Tapi tak hanya itu. Kaos produksi Greenshop lebih unggul. Bahan bagus, disainnya tergarap serius. Pantas jika harga kaosnya dibanderol di atas rata-rata, Rp 65-85 ribu.
Greenshop juga juga bukan toko kaos biasa. Ia dilandasi oleh semangat yang berbeda. Bukan semata urusan bisnis dan untung. Ia jauh lebih kompleks karena posisinya yang di bawah Yayasan Suporter Surabaya (YSS). Keuntungan yang dihasilkan, dialokasikan kembali untuk operasional organisasi.
kaos cak cuk
Nakal, tapi Smart
Berawal dari tanya dalam diri, adakah oleh-oleh alternatif dari Surabaya selain makanan dan camilan? Lahirlah ide untuk berkreasi dalam wadah lembar-lembar kaos. Berbagi pesan dalam karya gambar dan kata-kata. “Kami tetap menggali dan menyajikan sesuatu yang sangat khas Surabaya!” sergah Dwita Roesmika, mengawali kisah lahirnya kaos Cak Cuk Surabaya.
Ketika ditanya kenapa memilih nama Cak Cuk? Dwita menjawab, semata memilih kata atau nama yang sangat lekat, merepresentasikan Surabaya. Cak adalah Mas atau padanan Kakak dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan Cuk semacam partikel kata yang mengungkapkan keakraban, yang kerap dipakai dalam percakapan dialek Suroboyoan. Tetapi tidak main-main, nama Cak Cuk Surabaya sudah dipatenkan.
Dari mereknya saja, sekilas sudah tampak nakalnya. Namun tidak demikian, menurut Dwita,”Kami tetap tampil dengan kesan smart yang khas Surabaya.” Semua itu dituangkan dalam karya-karya desain , baik berupa gambar maupun kata-kata, yang kini sudah memiliki 210 desain. Tahukah Anda? Salah satu desain yang paling digemari adalah bertema ‘Kamus Misuh Surabaya-Inggris.’
Berbicara soal desain, kaos Cak Cuk bisa dikelompokkan dalam 5 jenis. Satu, berhubungan dengan Surabaya Kota pahlawan, 2. Surabaya Kota Makanan, 3. Surabaya Kota Misuh, 4. Surabaya Kota “Esek-esek”, dan 5. Surabaya Kota Bonek.
kaos jula juli
Surock Bojazz
Menyebut Jula Juli, pastinya teringat sosok Cak Kartolo, Cak Sidik, Ning Tini, Cak Basman, Sokran, Blontang, mereka adalah nama-nama seniman dibidang jula-juli. Kota Surabaya selalu identik dengan dagelan, parikan dan kidungan. Rindu dengan Surabaya lama dengan ciri khasnya, maka kaos ini seakan bisa mewakili. Gambar yang diangkat juga unik, seperti gambar Penjual Lontong Balap Pikulan, Becak, Permainan Dakon, Stasiun Gubeng, gambar Suro Boyo yang diplesetkan menjadi Surock Bojazz.
Jula juli berdiri sejak 2005 dan mempunyai beberapa gerai di kota Surabaya.
Selain kaos, Jula Juli juga menyediakan aksesoris yang mengangkat tentang khas budaya Kota Surabaya yang unik. Kaos yang dibandrol dengan harga Rp 95.000,- bisa jadi pilihan untuk dijadikan buah tangan. Saat ini Jula Juli tersedia dibeberapa store yang tersebar di Surabaya antara lain, Surabaya Plaza Hotel, Oval Hotel, Majapahit Hotel, Plaza Surabaya Shopping Centre, dan Mirota Art Galery.
kaos tuljaenak
citra suroboyo sing saktemene Menghadirkan romantisme Surabaya jaman dulu ke dalam kaos. Inilah ciri dari koas khas Tuljaenak. Didirikan pada tanggal 31 Mei 2011, momentum ulang tahun Kota Surabaya dijadikan awal membuka toko merchandise khas Suroboyo, tepatnya di Royal Plasa lantai 1. Wiwied Wiji, salah satu kreator menjelaskan, Tuljaenak mencoba menawarkan merchandise Suroboyoan yang menggugah kenangan masa lalu. “Untuk mengingatkan Cak, Ning, Saudara sekalian, sekumpulan orang yang mempunyai sedikit kepedulian terhadap semua tentang permainan, tempat wisata, jalan-jalan, nongkrong, macam-macam kuliner, atau tokoh masyarakat yang tersohor Surabaya jaman itu, membuat sebuah produk konfeksi yang berupa kaos dengan nama Tuljaenak.”
Ditanya soal nama Tuljaenak yang dijadikan brand-nya, Wiwied menjawab, bahwa Tuljaenak sebenarnya tidak mengandung arti apapun. Namun, ada salah satu lirik yang menurutnya mengandung spirit. “Wedhak pupur nggo golek dhuwit, bisa diartikan, ide minimalis tapi hasil maksimal,” jelas Wiwied yang awalnya merintis usaha distro.
Tema kaosnya juga berbeda setiap edisi. Yang sudah diluncurkan antara lain, edisi Jaman-Jaman Biyen, Badhog-an, Klenceran, Jaman Saiki, Wong Terkenal dan masaih banyak tema lain. Contohnya, untuk edisi jenis mainan, ada Boi-boian, Jet-jetan, Ongsrotan, untuk edisi Badhog-an, ada makanan yang bernama Ampyang, Blendung, untuk edisi tokoh, seperti Cak Gombloh, Cak Markeso dan lainnya.
Tak heran bila produk kaos Suroboyoan makin bertebaran. Dari satu dua gerai, berkembang menjadi hampir sepuluh toko. Semua mengusung ciri khas Suroboyoan dalam bentuk dan levelnya. Meski tidak ada yang benar-benar menjadi ikon, layaknya Joger Bali atau Dagadu Jogja.
Tapi bukan berarti mereka terjebak hanya urusan bisnis. Sebagian justru benar-benar berangkat dari kecintaan akan kesejarahan Surabaya. Toko kaos Suroboyoan itu pun seakan menjadi penanda sejarah tersendiri. Kalau mau sejarah heroik, datanglah ke Roode Brug Soerabaia. Mau khazanah dialektis pergaulan, sambangi Sawoong atau Cak Cuk. Atau kalau mau semarak sportifitas kota arek, mampir saja di Green Shop.
Kaos itu pun disandang banyak orang. Surabaya pun berkumandang di mana-mana. Surabaya seperti bercerita kepada semua orang lewat para pemakai kaos khas Suroboyoan. Pada usia 719, Kota Surabaya makin terasa semaraknya.
Kaos Gae Koen Tok
Surabaya yang Lebih Ceria
Pelajaran entrepreneurship yang didapat di bangku kuliah sungguh dimanfaatkan dengan baik, oleh pemuda kreatif, alumni Universitas Ciputra yang satu ini. Ketika masih duduk di bangku semester 3, Abibayu Gustri K., sudah mulai belajar mengenali dunia kaos dan sablon. Ketika duduk di bangku semester 4, Abi, panggilan akrabnya, mulai berproduksi secara mandiri.
Hasil produksi awalnya masih dititipkan pada teman, yaitu ditempatkan di salah satu sudut hotel di kawasan Kayoon, Surabaya. Setelah akhir 2009, baru mampu memasarkan di sebuah outletnya sendiri. Dan menyapa masyarakat Surabaya dengan kreatifitasnya.
Ide memakai nama Gae Koen Tok, berasal dari hasrat ingin menciptakan sesuatu yang sangat Surabaya. Gae Koen Tok, berasal dari Bahasa Jawa yang berarti “Hanya Untuk Kamu”, Abi menambahkan,”Dari Surabaya untuk Surabaya!” tukasnya.
Apa yang membedakan Gae Koen Tok dengan kaos Surabaya lainnya? Jawab Abi, Gae Koen Tok selalu menampilkan Surabaya dalam kemasan yang lebih fun atau ceria. “Kami sangat mengutamakan kekuatan desain dan juga bahan,” tegasnya.
Kaos Sawoong
Bermula dari percikan-percikan ide desain. Letupan-letupan ide itu, sudah muncul sejak tahun 2007. Reka-reka desain terus dilakukan Kuncarsono Prasetyo, pemilik Sawoong Creative, terutama di waktu-waktu senggang di sela kesibukannya menjalani profesi sebagai jurnalis pada sebuah surat kabar terbitan Surabaya. Beragam desain, dan masih bersifat umum tidak ada tema, satu per satu hasil desain dikumpulkan.
Setahun kemudian Kuncar, panggilan akbrab Kuncarsono Prasetyo, mulai mengaplikasikan desain-desain buatannya ke dalam media kaos. Mulailah dia memesan bahan kaos, kemudian menyablonkan kaos-kaos tersebut. “Ketika itu semua masih menggunakan jasa pihak ketiga,” kisah Kuncar, kepada Surabaya City Guide yang ditemui di workshopnya.
Dalam perjalanan, dari sekian desain yang ditawarkan kepada konsumen, ternyata kaos-kaos bertema heritage yang paling digemari. Demi permintaan pasar, dan posisioning produknya, maka Sawoong mulai mengidentikkan dirinya dengan kaos yang khusus bertema heritage asli Surabaya.
Kaos Roode Brug Soerabaia

Aktualkan Perjuangan Surabaya
Bermula dari hobi tentang tentang sejarah, Bagus Kamajaya dan Ady Erlianto Setiawan, membuka aoutlet kaos yang bercerita tentang Kota Surabaya jaman perjuangan masa lalu. Lewat media kaos itu, mereka mengaktualkan kembali kesejarahan Surabaya semasa perjuangan Arek-arek Suroboyo.
Cerita kesejarahan itu, diakui Bagus, menjadi ciri khas kaos yang ia produksi. Disain kaos itu pun bertemakan segala hal yang menyangkut perjuangan arek-arek Suroboyo masa lampau. Mulai dari potret Bung Tomo, replika pesawat yang dulu membombardir Surabaya lengkap dengan spesifikasinya, tank, dan beragam senjata zaman perang.
Sejak didirikan pada Maret 2011, Roode Brug (yang berarti Jembatan Merah dalam bahasa Belanda) telah berpindah beberapa kali hingga kemudian berlokasi di parkir barat Tugu Pahlawan Surabaya.
Diakuinya, Roode Brug bukan semata berorientasi bisnis, tapi sekaligus mengusung misi edukasi. Karena itu, Roode Brug juga mengadakan kegiatan rutin semisal Heroic Tour ke Kota Tua Surabaya. Para peserta tour sejarah dari berbagai wilayah Indonesia itu sekaligus menjadi pasar yang disasarnya. Kaos produksinya diberi banderol Rp 75 ribuan.
Kaos Opo Jare
Kemunculan kaos cenderamata Surabaya Opo Jare terhitung baru, buka sejak awal April 2012. Konsep yang diusungnya semua tentang Surabaya, mulai dari khazanah heritage hingga kehidupan modernitas Surabaya.
“Kami ingin menanamkan kecintaan terhadap Kota Surabaya,” tukas Dwily Lestari Cahyani, salah satu owner Kaos Opo Jare. Diakuinya, apa yang digagas bersama dua sahabatnya; Yudha Putra Persadha dan Rahmat Permanahadi masih pada tahap penjajakan.
Dwi melihat kaos Suroboyoan yang sudah lebih dulu ada, rata-rata membidik kalangan tertentu dengan tema tertentu pula. Meski konsep yang dipilih merujuk pada semua mengenai Surabaya, tapi dengan tegas ia mengatakan, “Kami tetap menghindari tema-tema yang sudah dipilih oleh teman-teman terdahulu. Disain kami sangat berbeda dengan yang lainnya.”
Bila dilihat dari produk kaosnya, disain yang disuguhkan Opo Jare terlihat dinamis, tidak terikat pada tema tertentu. Sejak awal April lalu, setidaknya ada lima disain yang dilontar ke pasar. Setiap periode, dikatakan Dwi, memang hanya dibatasi pada lima disain saja. “Periode berikutnya akan dimunculkan lima disain lagi yang berbeda,” ungkapnya.
kaos green shop
Original Bonex Merchandise
Bonex siapa tidak tahu. Tapi kalau cari kasos bonex yang asli, yang mana dari sekian toko kaos bonex di Surabaya? Salah satu jawabannya ya di Greenshop. Tak dipungkiri, selain PKL di depan Gelora Tambaksari, mulai banyak toko kaos bonex bermunculan di Surabaya. Tak heran, sebab pangsa pasarnya jelas, ikatan emosional mereka juga tak perlu diragukan.
Tapi Greenshop lahir lebih dulu. Ia menangguk untung dari mencuri start. Tapi tak hanya itu. Kaos produksi Greenshop lebih unggul. Bahan bagus, disainnya tergarap serius. Pantas jika harga kaosnya dibanderol di atas rata-rata, Rp 65-85 ribu.
Greenshop juga juga bukan toko kaos biasa. Ia dilandasi oleh semangat yang berbeda. Bukan semata urusan bisnis dan untung. Ia jauh lebih kompleks karena posisinya yang di bawah Yayasan Suporter Surabaya (YSS). Keuntungan yang dihasilkan, dialokasikan kembali untuk operasional organisasi.
kaos cak cuk
Nakal, tapi Smart
Berawal dari tanya dalam diri, adakah oleh-oleh alternatif dari Surabaya selain makanan dan camilan? Lahirlah ide untuk berkreasi dalam wadah lembar-lembar kaos. Berbagi pesan dalam karya gambar dan kata-kata. “Kami tetap menggali dan menyajikan sesuatu yang sangat khas Surabaya!” sergah Dwita Roesmika, mengawali kisah lahirnya kaos Cak Cuk Surabaya.
Ketika ditanya kenapa memilih nama Cak Cuk? Dwita menjawab, semata memilih kata atau nama yang sangat lekat, merepresentasikan Surabaya. Cak adalah Mas atau padanan Kakak dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan Cuk semacam partikel kata yang mengungkapkan keakraban, yang kerap dipakai dalam percakapan dialek Suroboyoan. Tetapi tidak main-main, nama Cak Cuk Surabaya sudah dipatenkan.
Dari mereknya saja, sekilas sudah tampak nakalnya. Namun tidak demikian, menurut Dwita,”Kami tetap tampil dengan kesan smart yang khas Surabaya.” Semua itu dituangkan dalam karya-karya desain , baik berupa gambar maupun kata-kata, yang kini sudah memiliki 210 desain. Tahukah Anda? Salah satu desain yang paling digemari adalah bertema ‘Kamus Misuh Surabaya-Inggris.’
Berbicara soal desain, kaos Cak Cuk bisa dikelompokkan dalam 5 jenis. Satu, berhubungan dengan Surabaya Kota pahlawan, 2. Surabaya Kota Makanan, 3. Surabaya Kota Misuh, 4. Surabaya Kota “Esek-esek”, dan 5. Surabaya Kota Bonek.
kaos jula juli
Surock Bojazz
Menyebut Jula Juli, pastinya teringat sosok Cak Kartolo, Cak Sidik, Ning Tini, Cak Basman, Sokran, Blontang, mereka adalah nama-nama seniman dibidang jula-juli. Kota Surabaya selalu identik dengan dagelan, parikan dan kidungan. Rindu dengan Surabaya lama dengan ciri khasnya, maka kaos ini seakan bisa mewakili. Gambar yang diangkat juga unik, seperti gambar Penjual Lontong Balap Pikulan, Becak, Permainan Dakon, Stasiun Gubeng, gambar Suro Boyo yang diplesetkan menjadi Surock Bojazz.
Jula juli berdiri sejak 2005 dan mempunyai beberapa gerai di kota Surabaya.
Selain kaos, Jula Juli juga menyediakan aksesoris yang mengangkat tentang khas budaya Kota Surabaya yang unik. Kaos yang dibandrol dengan harga Rp 95.000,- bisa jadi pilihan untuk dijadikan buah tangan. Saat ini Jula Juli tersedia dibeberapa store yang tersebar di Surabaya antara lain, Surabaya Plaza Hotel, Oval Hotel, Majapahit Hotel, Plaza Surabaya Shopping Centre, dan Mirota Art Galery.
kaos tuljaenak
citra suroboyo sing saktemene Menghadirkan romantisme Surabaya jaman dulu ke dalam kaos. Inilah ciri dari koas khas Tuljaenak. Didirikan pada tanggal 31 Mei 2011, momentum ulang tahun Kota Surabaya dijadikan awal membuka toko merchandise khas Suroboyo, tepatnya di Royal Plasa lantai 1. Wiwied Wiji, salah satu kreator menjelaskan, Tuljaenak mencoba menawarkan merchandise Suroboyoan yang menggugah kenangan masa lalu. “Untuk mengingatkan Cak, Ning, Saudara sekalian, sekumpulan orang yang mempunyai sedikit kepedulian terhadap semua tentang permainan, tempat wisata, jalan-jalan, nongkrong, macam-macam kuliner, atau tokoh masyarakat yang tersohor Surabaya jaman itu, membuat sebuah produk konfeksi yang berupa kaos dengan nama Tuljaenak.”
Ditanya soal nama Tuljaenak yang dijadikan brand-nya, Wiwied menjawab, bahwa Tuljaenak sebenarnya tidak mengandung arti apapun. Namun, ada salah satu lirik yang menurutnya mengandung spirit. “Wedhak pupur nggo golek dhuwit, bisa diartikan, ide minimalis tapi hasil maksimal,” jelas Wiwied yang awalnya merintis usaha distro.
Tema kaosnya juga berbeda setiap edisi. Yang sudah diluncurkan antara lain, edisi Jaman-Jaman Biyen, Badhog-an, Klenceran, Jaman Saiki, Wong Terkenal dan masaih banyak tema lain. Contohnya, untuk edisi jenis mainan, ada Boi-boian, Jet-jetan, Ongsrotan, untuk edisi Badhog-an, ada makanan yang bernama Ampyang, Blendung, untuk edisi tokoh, seperti Cak Gombloh, Cak Markeso dan lainnya.
bahasa suroboyoan

Batas wilayah penggunaan dialek Suroboyoan diperkirakan sampai wilayah:
* Wilayah Selatan
o Perak (Kab. Jombang - bukan Tanjung Perak di Surabaya).
Wilayah Perak Utara masih menggunakan Dialek Surabaya, sementara Perak Selatan telah menggunakan Dialek Kulonan.
o Malang (beberapa daerah di wilayah Kabupaten dan Kota Malang juga menggunakan dialek ini)
* Wilayah Utara
o Madura
Beberapa orang Madura dapat menggunakan Dialek ini secara aktif.
o Barat
Wilayah Gresik
o Timur
Belum diketahui secara pasti, namun di sepanjang pesisir tengah Jawa Timur (Pasuruan, Probolinggo sampai Banyuwangi) Dialek ini juga banyak digunakan.
Akhir-akhir ini, banyak media lokal yang menggunakan dialek Surabaya sebagai bahasa pengantar mereka.
Orang Surabaya lebih sering menggunakan partikel "rek" sebagai ciri khas mereka. Partikel ini berasal dari kata "arek", yang dalam dialek Surabaya menggantikan kata "bocah" (anak) dalam bahasa Jawa standar. Partikel lain adalah "seh" (e dibaca seperti e dalam kata edan), yang dlam bahasa Indonesia setara dengan partikel "sih".
Orang Surabaya juga sering mengucapkan kata "titip" secara /tetep/, dengan i diucapkan seperti /e/ dalam kata "edan"; dan kata "tutup" secara /totop/ dengan u diucapkan seperti /o/ dalam kata "soto". Selain itu, vokal terbuka sering dibuat hambat, seperti misalnya: "kaya" (=seperti) lebih banyak diucapkan /k@y@?/ daripada /k@y@/, kata "isa" (=bisa) sering diucapkan /is@?/ daripada /is@/.
[sunting] Kosa kata
Beberapa kosa kata khas Suroboyoan:
* "Pongor, Gibeng, Santap, Waso (istilah untuk Pukul atau Hantam);
* "kathuken" berarti "kedinginan" (bahasa Jawa standar: kademen);
* "gurung" berarti "belum" (bahasa Jawa standar: durung);
* "gudhuk" berarti "bukan" (bahasa Jawa standar: dudu);
* "deleh" berarti "taruh/letak" (delehen=letakkan) (bahasa Jawa standar: dekek);
* "kek" berarti "beri" (kek'ono=berilah) (bahasa Jawa standar: wenehi);
* "ae" berarti "saja" (bahasa Jawa standar: wae);
* "gak" berarti "tidak" (bahasa Jawa standar: ora);
* "arek" berarti "anak" (bahasa Jawa standar: bocah);
* "kate/kape" berarti "akan" (bahasa Jawa standar: arep);
* "lapo" berarti "sedang apa" atau "ngapain" (bahasa Jawa standar: ngopo);
* "opo'o" berarti "mengapa" (bahasa Jawa standar: kenopo);
* "soale" berarti "karena" (bahasa Jawa standar: kerono);
* "atik" (diucapkan "atek") berarti "pakai" atau "boleh" (khusus dalam kalimat"gak atik!" yang artinya "tidak boleh");
* "longor/peleh" berarti "tolol" (bahasa Jawa standar: goblok/ndhableg);
* "cek" ("e" diucapkan seperti kata "sore") berarti "agar/supaya" (bahasa Jawa standar: ben/supados);
* "gocik" berarti "takut/pengecut" (bahasa Jawa standar: jireh);
* "mbadok" berarti "makan" (sangat kasar) (bahasa Jawa standar: mangan);
* "ciamik soro/mantab jaya" berarti "enak luar biasa" (bahasa Jawa standar: enak pol/enak banget);
* "rusuh" berarti "kotor" (bahasa Jawa standar: reged);
* "gae" berarti "pakai/untuk/buat" (bahasa Jawa standar: pakai/untuk=kanggo, buat=gawe);
* "andhok" berarti "makan di tempat selain rumah" (misal warung);
* "cangkruk" berarti "nongkrong";
* "babah" berarti "biar/masa bodoh";
* "matek" berarti "mati" (bahasa Jawa standar: mati);
* "sampek/sampik" berarti "sampai" (bahasa Jawa standar: nganti);
* "barekan" berarti "lagipula";
* "masiyo" berarti "walaupun";
* "nang/nak" berarti "ke" atau terkadang juga "di" (bahasa Jawa standar: menyang);
* "mari" berarti "selesai";(bahasa Jawa standar: rampung); acapkali dituturkan sebagai kesatuan dalam pertanyaan "wis mari tah?" yang berarti "sudah selesai kah?" Pengertian ini sangat berbeda dengan "mari" dalam Bahasa Jawa Standar. Selain petutur Dialek Suroboyoan, "mari" berarti "sembuh"
* "mene" berarti "besok" (bahasa Jawa standar: sesuk);
* "maeng" berarti tadi.
* "koen" (diucapkan "kon") berarti "kamu" (bahasa Jawa standar: kowe). Kadangkala sebagai pengganti "koen", kata "awakmu" juga digunakan. Misalnya "awakmu wis mangan ta?" (Kamu sudah makan kah?") Dalam bahasa Jawa standar, awakmu berarti "badanmu" (awak = badan)
* "lading" berarti "pisau" (bahasa Jawa standar: peso);
* "lugur" berarti "jatuh" (bahasa Jawa standar: tiba);
* "dhukur" berarti "tinggi" (bahasa Jawa standar: dhuwur);
* "thithik" berarti "sedikit" (bahasa Jawa standar: sithik);
* "temen" berarti "sangat" (bahasa Jawa standar: banget);
* "pancet" berarti "tetap sama" ((bahasa Jawa standar: tetep);
* "iwak" berarti "lauk" (bahasa Jawa standar: lawuh, "iwak" yang dimaksud disini adalah lauk-pauk pendamping nasi ketika makan, "mangan karo iwak tempe", artinya Makan dengan lauk tempe, dan bukanlah ikan (iwak) yang berbentuk seperti tempe);
* "engkuk" (u diucapkan o) berarti "nanti" (bahasa Jawa standar: mengko);
* "ndhek" berarti "di" (bahasa Jawa standar: "ing" atau "ning"; dalam bahasa Jawa standar, kata "ndhek" digunakan untuk makna "pada waktu tadi", seperti dalam kata "ndhek esuk" (=tadi pagi),"ndhek wingi" (=kemarin));
* "nontok" lebih banyak dipakai daripada "nonton";
* "yok opo" (diucapkan /y@?@p@/) berarti "bagaimana" (bahasa Jawa standar: "piye" atau *"kepiye"; sebenarnya kata "yok opo" berasal dari kata "kaya apa" yang dalam bahasa Jawa standar berarti "seperti apa")
* "peno"/sampeyan (diucapkan pe n@; samp[e]yan dengan huruf e seperti pengucapan kata meja) artinya kamu
* "jancuk" ialah kata kurang ajar yang sering dipakai seperti "fuck" dalam bahasa Inggris; merupakan singkatan dari bentuk pasif "diancuk"; variasi yang lebih kasar ialah "mbokmu goblok"; oleh anak muda sering dipakai sebagai bumbu percakapan marah
* "waras" ialah sembuh dari sakit (dlm bahasa jawa tengah sembuh dari penyakit jiwa)
* "embong" ialah jalan besar / jalan raya
* "nyelang" arinya pinjam sesuatu
* "parek/carek" artinya dekat
* "ndingkik" artinya mengintip
* "semlohe" artinya sexy (khusus untuk perempuan)
"jancuk" dari kata 'dancuk' dan turunan dari 'diancuk' dan turunan dari 'diencuk' yg artinya 'disetubuhi' ('dientot' bahasa betawinya) orang jawa (golongan mataraman) pada umumnya menganggap dialek suroboyoan adalah yang terkasar. tapi sebenarnya itu menujukkan sikap tegas, lugas, dan terus terang. sikap basa basi yang diagung-agungkan wong jawa, tidak berlaku dalam kehidupan arek suroboyo. misalnya dalam berbicara, wong jawa menekankan tdak boleh memandang mata lawan bicara yang lebih tua atau yang dituakan atau pemimpin, karena dianggap tdak sopan. Tapi dalam budaya arek suroboyo,itu tanda bahwa orang tersebut sejatinya pengecut, karena tidak berani memandang mata lawan bicara. Tapi kata jancuk juga dapat diartikan sebagai tanda persahabatan, arek-arek suroboyo kalo lama tidak bertemu dengan sahabatnya jika ketemu pasti ada kata jancuknya terucap contoh: "jancuk piye khabare rek suwi gak ketemu", jancuk juga merupakan tanda seberapa dekatnya arek suroboyo dengan temannya dengan tanda apabila ketika kata jancuk diucapkan obrolan semakin hangat. contoh: "yo gak ngunu cuk critane matamua mosok mbalon gak mbayar".
Selain itu, sering pula ada kebiasaan di kalangan penutur dialek Surabaya, dalam mengekspresikan kata 'sangat', mereka menggunakan penekanan pada kata dasarnya tanpa menambahkan kata sangat (bangat atau temen), misalnya "sangat panas" sering diucapkan "puanas", "sangat pedas" diucapkan "puedhes", "sangat enak" diucapkan "suedhep" dsb.
* Hawane puanas (udaranya panas sekali)
* Sambele iku puedhes (sambal itu pedas sekali)
Selain itu. salah satu ciri lain dari bahasa Jawa dialek Surabaya, dalam memberikan perintah menggunakan kata kerja, kata yang bersangkutan direkatkan dengan akhiran -no. Dalam bahasa Jawa standar, biasanya direkatkan akhiran -ke
* "Uripno (Jawa standar: urip-ke) lampune!" (Hidupkan lampunya!)
* "Tukokno (Jawa standar: tukok-ke) kopi sakbungkus!" (Belikan kopi sebungkus!)
Perbedaan antara bahasa Jawa standar dengan bahasa Jawa Surabaya tampak sangat jelas berbeda dalam beberapa kalimat dan ekspresi seperti berikut :
* Bahasa Jawa Surabaya : He yo'opo kabare rek?
* Bahasa Jawa standar : Piye kabare cah?
* Bahasa Indonesia : Apa kabar kawan?
* Bahasa Jawa Surabaya : Rek, koen gak mangan a?
* Bahasa Jawa standar : Cah, kowe ra podho maem to?
* Bahasa Indonesia : Kalian tidak makan?
* Bahasa Jawa Surabaya : Ton(nama orang), celukno Ida(nama orang) po'o
* Bahasa Jawa standar : Ton, undangke Ida
* Bahasa Indonesia : Ton, panggilkan Ida dong
Logat Doudoan
Logat Doudoan merupakan sempalan dari Dialek Surabaya, yang seperti pada logat Bawean merupakan akulturasi dari beberapa bahasa. Ditengarai logat Doudoan ini dipengaruhi selain Dialek Surabaya juga oleh Dialek Pantura Jawa Timur, Dialek Madura, dan lain-lain.
Beberapa kosakata yang membedakan dari Dialek Surabaya:
* pangot atau ongot alih-alih kata lading yang berarti pisau (ditengarai berasal dari Dialek Pantura Jawa Timur)
* kèpiyé atau piyé alih-alih kata yaapa atau kěkapa yang berarti bagaimana (dari Bahasa Jawa standar)
* thethek alih-alih kata mentor yang berarti kacang mete
dan sebagainya
Kemudian, ada beberapa kata dalam bahasa Jawa (baik Dialek Surabaya maupun Bahasa Jawa standar) yang diucapkan berbeda, antara lain:
* Penggunaan suku kata berakhiran -ěh dan -oh menggantikan -ih dan -uh. Contoh: putih menjadi putěh, uruh (busa) menjadi uroh, dsb.
* Penggunaan i jejeg dan u jejeg pada beberapa suku kata yang harusnya dibaca i miring dan u miring. Contoh: cilik (kecil) menjadi ciliyk, kisut (keriput) menjadi kisuwt, dsb.
Namun sebagian besar kosakata logat ini hampir sama dengan Dialek Surabaya sehingga dapat dimasukkan ke dalam golongan Dialek Surabaya.
Langganan:
Postingan (Atom)